Medan (ANTARA News) - Harga "aviation turbine fuel" yang terus naik dan dikeluhkan perusahaan penerbangan belum terlihat mempengaruhi penjualan bahan bakar itu di Bandar Udara Polonia Medan, malah pada triwulan I 2011 permintaan tren menguat atau terjual sebanyak 29.300 kiloliter.

"Tidak ada masalah dalam penjualan avtur, malah trennya naik menjadi 29.300 kiloliter dari triwulan I 2010 yang masih 25.300 kiloliter," kata Assitant Customer Relation External PT.Pertamina Pemasaran Region I, Rustam Aji, di Medan, Sabtu.

Peningkatan penjualan di triwulan I 2011 disebutkan sebagai dampak naiknya permintaan dari sejumlah perusahaan penerbangan yang membuka rute baru atau sekadar menambah frekuensi penerbangan.

Dengan meningkatnya penjualan avtur di triwulan I 2011, ada prakiraan bahwa total penjualan tahun ini juga lebih besar dari 2010.

Penjualan avtur tertinggi terjadi di Januari atau sebesar 10.360 kiloliter dan meski menurun di Februari atau tinggal 8.900 kiloliter, penyaluran di Maret naik lagi jadi 10.040 kilollter.

Harga avtur sendiri berubah tergantung harga di pasar internasional yang mengacu pada harga minyak mentah.

Diakui, harga avtur terus naik atau sudah Rp11 ribuan per liter.

Penjualan pada Januari-Maret 2011 itu lebih tinggi semuanya dari bulan yang sama 2010 yang masing-masing masih 8.470 kiloliter di Januari, 7.510 kiloliter di Februari dan 9.320 kiloliter pada Maret.

"Stok avtur sendiri selalu aman karena sama halnya dengan BBM lainnya, Pertamina tetap menjaga pasokan dan penyaluran," kata Rustam.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Sumut, Solahuddin Nasution, mengatakan, kenaikan tarif penerbangan biasanya cenderung karena masalah permintaan tiket naik atau turun.

Pada libur anak sekolah dan hari besar keagamaan, misalnya harga tiket biasanya melonjak tajam.

Meski, kata dia, kenaikan avtur menjadi salah satu pertimbangan perusahaan penerbangan untuk menaikkan harga tiket itu, tetapi tentunya harus mendapat izin dari pemerintah.

Sebelumnya, Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA), Emirsyah Satar, menyatakan, pemerintah harus mengatasi atau mencarikan solusi dengan kenaikan harga avtur yang sudah melebihi Rp10 ribuan per liter.

Pemerintah diminta menaikkan biaya tambahan bahan bakar atau merevisi tarif batas atas yang diatur dalam Keputusan Menteri Nomor 26 Tahun 2010.

Kenaikan avtur sangat membuat pembengkakan biaya operasional maskapai karena bahan bakar itu kontribusinya dalam biaya keseluruhan sangat besar atau sekitar 32 persen.

Jika avtur naik, maka biaya operasional penerbangan naik sebesar 10-15 persen.(*)

(T.E016/S006)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011