Gunungsugih, Lampung Tengah (ANTARA News) - Sembilan warga negara Jepang mengamati fenomena alam gerhana matahari cincin (GMC) di Gunungsugih, Lampung Tengah, Senin.

Mereka berasal dari berbagai bidang termasuk guru atau sekedar ingin melihat kejadian langka itu.

Salah seorang pengamat, Oh Goe, mengatakan, gerhana matahari merupakan fenomena yang jarang terjadi apalagi sampai membentuk cincin.

"Ini adalah fenomena yang bisa menunjukkan besar matahari dan bulan tidak begitu jauh," kata dia, dengan bahasa Jepang yang dialihbahasakan oleh Awaludin, tim pemandunya.

Ia mengaku sudah 35 kali mengamati gerhana matahari di berbagai negara seperti Amerika, Eropa, Australia, Afrika, dan Asia.

Bahkan, lanjutnya, sang istri pun termasuk yang gemar mengamati gerhana matahari, namun kali ini tidak ikut karena ada pekerjaan.

Oh Goe yang kesehariannya sebagai wakil kepala sekolah di salah satu sekolah menengah pertama di negaranya, mengatakan, saat bulan madu bersama istrinya tahun 1984 pun mengamati gerhana matahari di Papua Nugini.

Menyinggung apakah hasil pemantauannya akan dipublikasikan, ia mengatakan belum, tetapi kemungkinan suatu saat akan disiarkan.

"Saya hanya sebatas hobi dan memberikan pelajaran ke siswa," kata dia.

Karena sukanya, lanjut dia, dimana ada gerhana matahari, di negara mana pun selalu dikejarnya, dan itu yang diajarkan ke siswa jika menyukai sesuatu yang positif agar digeluti secara mendalam.

Sementara itu, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak gerhana matahari cincin terjadi pada pukul 16:42 WIB.
(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009