Banjarnegara, (ANTARA News) - Menteri Kehutanan Malam Sambat Kaban menegaskan, tidak ada pembalakan hutan (illegal logging) di lokasi tanah longsor di Dukuh Gunungraja, Desa Sijeruk, Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, tetapi murni bencana alam. "Ini murni bencana alam. Tidak ada `illegal logging` di hutan dekat lokasi tanah longsor. Hutan di dekat lokasi bencana ini juga sangat kecil," katanya ketika meninjau lokasi bencana, Jumat (6/1). Kaban memaparkan, curah hujan tinggi selama dua pekan dan kondisi permukiman warga yang berada di lereng perbukitan, menjadikan kawasan ini rawan longsor. Spekulasi awal yang menyebutkan tanah longsor dipicu pembalakan hutan, menurut dia, sama sekali tidak berdasar. Menurut data yang diperoleh Menhut, selama dua pekan terakhir, curah hujan di sekitar lokasi bencana mencapai 53 mm, jauh di atas kondisi normal yang hanya 33 mm. "Delapan hari intensitas hujan malah sangat lama, rata-rata sehari hujan bisa berlangsung sampai 15 jam," kata Kaban. Ia menyebutkan, kerugian material akibat bencana tanah longsor itu mencapai Rp 6,49 miliar. Lebih dari 100 rumah warga hancur dan tenggelam diterjang longsoran tanah yang bukan saja memorakporandakabn bangunan, melainkan juga menewaskan puluhan jiwa. Petugas sampai sekarang sudah menemukan lebih dari 40 mayat, namun diperkirakan masih lebih banyak lagi mayat penduduk setempat yang belum ditemukan dalam timbunan tanah longsor. Bencana tanah longsor yang terjadi pada Rabu subuh (4/1) itu diperkirakan menewaskan lebih 100 orang dan menjadi bencana alam dengan korban jiwa terbanyak sepanjang enam bulan terakhir ini di Jateng. Petugas hingga hari ini masih terus melakukan pencarian mayat korban dengan mengerahkan puluhan personel yang dibantu enam "back hoe".(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006