Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Pancasila harus menjadi pondasi dan visi jangka panjang bagi Indonesia dalam menjalankan pembangunan.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden ketika menerima Pengurus Pusat Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injil Indonesia (PP-PGLII) di Kantor kepresidenan, Jakarta, Kamis.

Menurut Ketua Umum PP-PGLII Nus Reimas dalam konferensi pers usai pertemuan berlangsung satu jam, Presiden menekankan pentingnya Pancasila sebagai pemersatu dan visi bangsa agar Indonesia tidak bercerai berai dan tidak kontraproduktif menjalankan pembangunan.

"Presiden mengingatkan bahwa sebagai bangsa kita harus mengucap syukur karena bangsa ini diberikan landasan, visi panjang ke depan, visi untuk menolong kita untuk terus melangkah bersama," ujar Nus.

Presiden, lanjut dia, juga mengingatkan kebhinekaan dimiliki oleh Indonesia yang mudah memancing terjadinya kesalahpahaman antara masing-masing agama, suku, dan kelompok. Untuk itu, Indonesia pun harus realistis menerima kemajemukan dan belajar semakin dewasa menghargai identitas masing-masing agama, suku, atau kelompok.

"Kita mau semakin dewasa untuk mengatasi semua kesalahpahaman itu dan benar-benar membangun Indonesia yang tadi ditekankan berkali-kali oleh Presiden `as peaceful as possible'. Semaksimal mungkin kita dapat membangun sebuah bangsa yang hidup rukun dan damai menghargai perbedaan, menghargai indentitas masing-masing," tuturnya.

Nus Reimas pun menyatakan semua agama memiliki nilai-nilai luhur yang universal meski mengakut akidah yang berbeda-beda.

"Sehingga, kita harus membangun bangsa ini dengan nilai-nilai universal itu," ujarnya.

PP PGLII bertemu Presiden Yudhoyono untuk melaporkan hasil Kongres ke-10 PGLII yang telah diselenggarakan pada pertengahan Maret 2011.

Kongres bertema "Usahakanlah Kesejahteraan Bangsa" itu bertujuan mengajak tidak hanya Umat Kristiani namun seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama membangun Indonesia sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa yang tertuang dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2011