Warsawa (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Polandia Radek Sikorski Rabu mengunjungi kota Libya Benghazi untuk mendukung pemberontak melawan tentara yang setia pada pemimpin Libya Muammar Gaddafi, kata kementerian luar negeri Polandia Rabu.

"Kunjungan ini merupakan tanda dukungan politik untuk masa depan Libya, yang melibatkan pembangunan negara demokrasi dan masyarakat modern," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Polandia.

Kunjungan ini dikoordinasikan dengan Uni Eropa dan kepemimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), kata media Polandia.

Kekerasan di Libya, yang dimulai pada pertengahan Februari, telah merenggut ribuan nyawa, dengan pasukan Gaddafi mempertahankan kemampuan tempur mereka meski NATO melakukan serangan udara terhadap mereka.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Rabu mengatakan, pernyataan bahwa pemimpin Libya Muammar Gaddafi dan keluarganya sebagai target sah dalam serangan-serangan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) adalah "berlebihan."

"Koalisi itu, pada dasarnya, secara terbuka menyatakan bahwa tugas mereka adalah mengganti rezim [di Libya]. Itu Gaddafi dan keluarganya ... adalah sasaran yang sah. Ini adalah di atas segalanya," katanya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Novosti Moskovksie yang diterbitkan Kamis.

Ia menyampaikan pandangan Moskow bahwa koalisi pertahanan itu hanya mendukung satu pihak dalam konflik. "Hanya ada satu jalan keluar. Yaitu sebuah gencatan senjata segera, seperti Rusia telah diusulkan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB). Kemudian mencari solusi melalui mediasi," katanya.

Menurut laporan kantor berita China Xinhua sebelumnya, Perdana Menteri Libya al-Baghdadi Ali al-Mahmoudi pada Selasa mengecam pemboman tentara NATO terhadap negaranya sebagai pelanggaran Piagam PBB, kata laporan tersebut.

Pejabat Libya itu menyatakan kecamannya ketika memberikan penjelasan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Perdana Menteri Yunani George Papandreou melalui telepon mengenai akibat-akibat yang menghancurkan dari kampanye pemboman perhimpunan tersebut, menurut laporan itu.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2011