Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebutkan angka target penurunan prevalensi kekerdilan anak atau stunting di Indonesia cukup ambisius karena harus turun 13 persen pada 2024.

"Saat ini prevalensi stunting di Indonesia masih tercatat sekitar 27 persen. Artinya untuk mencapai target 14 persen pada 2024, kita hanya punya waktu kurang dari tiga tahun lagi. Target yang cukup ambisius," kata Wapres saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan Forum Nasional Stunting Tahun 2021 melalui konferensi video, Selasa.

Wapres mengatakan upaya penurunan prevalensi stunting tersebut menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Baca juga: Wapres minta percepatan pertumbuhan "fintech" syariah

"Dalam sisa waktu yang sangat singkat ini adalah tantangan besar, namun harus kita hadapi bersama," tambahnya.

Untuk dapat mencapai target tersebut, Wapres meminta seluruh kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian (K/L) terkait serta jajaran pemda untuk bekerja lebih keras dengan memperkuat komitmen untuk menurunkan stunting.

"Bukan tanpa alasan bahwa komitmen menjadi pilar pertama dalam Strategi Nasional Stunting. Komitmen yang kuat sangat penting untuk memastikan seluruh aktor pelaksana hadir," katanya.

Baca juga: Wapres dorong Indonesia segera bangun tata kelola "fintech"
Baca juga: Wapres: Pembatasan libur Natal dan Tahun Baru sesuai kondisi daerah


Komitmen tersebut, lanjut Wapres, mencakup upaya untuk menempatkan penurunan stunting menjadi prioritas dalam pembangunan di daerah. Selain itu, Wapres meminta ada penguatan komitmen untuk mengoptimalkan koordinasi.

"Termasuk komitmen untuk menguatkan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi dalam memastikan program berjalan dengan baik," katanya.

Wapres mengingatkan seluruh pihak bahwa upaya pemberantasan stunting memerlukan kolaborasi seluruh pihak sehingga tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja.

"Upaya penurunan stunting membutuhkan keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, desa, kelurahan, akademisi, media, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra pembangunan," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021