Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Tanoto Foundation mengadakan Forum Nasional Stunting dengan agenda untuk mempercpat penurunan angka stunting di Indonesia.

Forum ini mengusung tema “Komitmen dan Aksi Bersama untuk Upaya Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia” dimulai pada Selasa (14/12) hingga Rabu (15/12).

“BKKBN berusaha untuk bagaimana stunting di 2024 itu betul-betul tercapai 14 persen, sehingga BKKBN dengan strategi mencegah jangan sampai terjadinya stunting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo melalui keterangan resmi, Rabu.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024.

Baca juga: Angka bayi dengan berat badan lahir rendah di DKI Jakarta meningkat

Untuk mendukung komitmen tersebut, Pemerintah menerbitkan Perpres No. 72 tahun 2021 mengenai petunjuk pelaksanaan bagi Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam melaksanakan upaya percepatan penurunan stunting yang terintegrasi.

Selain itu, Presiden juga menunjuk Kepala BKKBN menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting.

Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation Belinda Tanoto mengajak berbagai pihak untuk memberi perhatian lebih dan mengambil aksi nyata melawan stunting.

Belinda mengatakan pihaknya mendukung target pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting balita di Indonesia. Ia yakin salah satu kunci keberhasilan pencegahan stunting diwujudkan melalui kerja sama antara semua pihak, baik pemerintah, termasuk pusat dan daerah, maupun swasta.

“Kita harus menyingsingkan lengan baju, terlibat langsung, mengedukasi dan mengerjakan bagian kita masing-masing agar target untuk menurunkan stunting dan memastikan kesejahteraan rakyat Indonesia, tercapai,” katanya.

Stunting terjadi ketika anak gagal tumbuh di 1000 hari pertama kehidupan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Efek stunting dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan perkembangan otak anak.

Mengingat status Indonesia masih berada di urutan ke-4 dunia dan urutan ke-2 di Asia Tenggara terkait kasus balita stunting, permasalahan ini penting untuk diselesaikan. Jika dibiarkan maka dapat mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.

Meskipun prevalensi stunting ini sudah menurun dari 37,2 persen pada 2013 (Riskesdas) menjadi 27,67 persen pada 2019 (SSGBI), namun masih ada 1 dari 4 anak balita Indonesia atau lebih dari 8 juta anak mengalami stunting.

Baca juga: PKJS UI: Penyederhanaan struktur tarif CHT masih jauh dari ideal

Baca juga: BKKBN: Budaya gotong royong bantu percepat penurunan stunting

Baca juga: BKKBN gandeng Nestle Indonesia berikan edukasi gizi pada masyarakat

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2021