Jakarta (ANTARA) - Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mampu mengelola limbah radioaktif dengan baik sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terkait limbah radioaktif.

"Semua limbah radioaktif baik dari industri, dari rumah sakit juga kami kelola, kami lakukan pelimbahan dan kami lakukan pengelolaan termasuk limbah reaktor, jadi kekhawatiran masyarakat tidak perlu dibesarkan," kata Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Sumaryanto dalam webinar riset di Jakarta, Rabu.

Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN merupakan organisasi nonstruktural yang menyelenggarakan teknis penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi di bidang ketenaganukliran dan penyelenggaraan ketenaganukliran.

Baca juga: BRIN sasar inovasi sistem pemantauan radioaktif hingga teknologi PLTN

Organisasi riset tersebut melakukan riset teknologi limbah radioaktif yang meliputi riset teknologi pra-pembuangan limbah radioaktif, dan riset teknologi pengelolaan limbah radioaktif.

Selain riset teknologi limbah radioaktif, Agus menuturkan pihaknya juga melakukan riset teknologi radioisotop dan radiofarmaka dan riset teknologi radiasi pengion.

Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN mengkaji, mengimplementasikan dan melakukan inovasi teknologi radiasi pengion untuk berbagai aplikasi.

BRIN juga mengkaji, mengimplementasikan dan melakukan inovasi teknologi radioisotop untuk deteksi, perunut dan analisis nuklir.

Baca juga: BRIN: Fasilitas nuklir akan terpusat di Puspiptek Serpong

Pemanfaatan radioisotop di bidang kesehatan telah banyak dirasakan oleh masyarakat, khususnya bagi penyintas kanker.

Salah satu keuntungan dari radioisotop adalah sebagai perunut dalam menemukan lokasi yang terjangkiti oleh penyakit kanker.

Dengan menghasilkan lebih banyak radioisotop dan radiofarmaka buatan dalam negeri, maka diharapkan dapat menjadi substitusi terhadap produk impor untuk mengisi kebutuhan masyarakat dan rumah sakit sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor.
 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2021