Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan berlangsung lebih seimbang, sehingga tidak hanya bertumpu pada pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, namun juga disertai dengan perbaikan ekonomi Eropa, Jepang, dan India.

Perkembangan tersebut didorong oleh akselerasi tingkat vaksinasi, stimulus kebijakan, dan pemulihan kegiatan usaha secara bertahap.

"Dengan perkembangan tersebut, BI memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sesuai proyeksi sebelumnya, sekitar 5,7 persen pada 2021 dan 4,4 persen pada 2022," tutur Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Desember 2021 di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan berbagai indikator ekonomi pada November 2021, antara lain Purchasing Managers' Index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel, menunjukkan pemulihan yang terus berlangsung,

Meski demikian, indikator waktu transportasi yakni PMI Suppliers' Delivery Times Index barang global yang masih tertahan.

"Kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia pun masih terus berlanjut, sehingga menopang prospek ekspor negara berkembang," ucap Perry.

Kendati begitu, ia mengingatkan ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut di tengah penyebaran COVID-19 varian Omicron dan pengumuman siklus pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Fed yang lebih cepat.

Dengan demikian, hal tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca juga: Kemenkeu: Ekonomi RI tak pernah tumbuh di bawah perekonomian dunia
Baca juga: Menkeu AS: Omicron bisa memicu ancaman signifikan bagi ekonomi global
Baca juga: BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi 5,7 persen

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2021