Atambua (ANTARA News) - Ribuan warga eks pengungsi Timor Timur (Timtim) di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mempersiapkan demonstrasi besar menyambut tiga jenazah eks pengungsi yang direncanakan dipulangkan dari Maliana, Distrik Bobonaro, Timtim pada Senin (9/1) di Motaain. Dari Atambua, Minggu, ANTARA melaporkan, pertemuan para tokoh kamp pengungsi dan pemuka masyarakat eks pengungsi Timtim yang berlangsung sangat alot di Atambua, dipimpin langsung Ketua Paguyuban Eks Pengungsi Timtim, Francisco Soares Perrera didampingi sejumlah tokoh kunci mantan pejuang integrasi Timtim tahun 1975-1999. Pertemuan berlangsung alot karena sebagian pengungsi menghendaki orasi politik di DPRD Kabupaten Belu sebelum beranjak ke pintu perbatasan Motaain. Sementara sebagian lain, menginginkan agar semua warga kamp dan resettlement (pemukiman kembali) sejak pagi Pkl.05.30 Wita langsung mendatangi pintu perbatasan untuk membuat pagar betis menunggu kedatangan tiga jenazah korban penembakan Polisi Timtim unit patroli perbatasan (BPU-PNTL) pada Jumat (6/1) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Malibaca, Desa Tohe, Kecamatan Raihat. Tiga korban penembakan itu adalah eks pengungsi Timtim yang sejak September 1999 bermukim di wilayah itu. Mereka adalah Jose Maria Freitas alias Jose Mausorte, Candido Mali alias Candido Mariano dan Estanislao Maubere alias Stanis Maubere. Ketiga warga sipil itu ditembak oleh aparat polisi perbatasan Timtim sebelum menangkap ikan di Sungai Malibaca. Pertemuan itu membahas keikutsertaan para wanita dan anak-anak pada unjuk rasa dan penjemputan jenazah tersebut. Para tokoh perempuan kamp mendesak pemimpin mereka agar mengizinkan semua perempuan dan anak-anak untuk pergi ke Motaain menjemput jenazah sekitar 45 km arah Utara Kota Atambua. Sampai berita ini diturunkan belum ada kesepakatan apakah perempuan dan anak-anak eks pengungsi Timtim ikut serta pada demonstrasi damai di Kota Atambua dan penjemputan jenazah di Motaain. Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah semua eks pengungsi laki-laki yang selama ini terkonsentrasi di enam wilayah yakni Betun, Atapupu, Lebur, Weluli, Atambua dan Haekesak, diperbolehkan ke Motaain. Pada pertemuan persiapan unjuk rasa dan penjemputan tiga jenazah warga eks pengungsi Timtim itu, Francisco Soares Perrera selaku koordinator paguyuban eks pengungsi membacakan pernyataan bersama semua warga pengungsi. Adapun pernyataan bersama yang berisi tuntutan masyarakat eks pengungsi itu adalah tiga jenazah korban penembakkan polisi Timtim itu harus segera dipulangkan ke rumah duka dalam keadaan utuh, tidak boleh kehilangan salah satu anggota tubuh pun sehingga para tokoh eks pengungsi harus memeriksa kondisi fisik mayat di pintu perbatasan Motaain. Almarhum Candido akan dipulangkan ke rumah duka di Wedomu, Kecamatan Tasifeto Timur sedangkan Jose dan Estanislao disemayamkan di rumah duka Desa Tohe, Kecamatan Raihat. Kedua, Pemerintah Timtim harus secara resmi menyerahkan tiga jenazah tersebut kepada Pemerintah RI melalui Pemerintah Kabupaten Belu. Ketiga, eks pengungsi menuntut diadakan investigasi bersama antara pihak keamanan RI dan Timtim dan hasilnya diumumkan secara terbuka. Pemerintah Timtim harus memberikan ganti rugi kepada keluarga korban penembakkan itu. Jika tuntutan ini tidak digubris Pemerintah Timtim, eks pengungsi di seluruh Indonesia mengancam menduduki Kedutaan Besar Timtim di Jakarta dan Konsulat Jenderal Timtim di Kupang. Eks pengungsi Timtim di daratan Timor bagian Barat, NTT akan menduduki Kantor Konjen Timtim di Kupang sedangkan eks pengungsi di Jawa dan Bali menduduki Kantor Kedutaan Besar Timtim di Jakarta. Pertemuan yang dimulai sejak Pkl.08.00 Wita berakhir Pkl.17.30 Wita. Semua peserta pertemuan kembali ke kamp masing-masing untuk mempersiapkan diri dan melakukan persiapan spanduk serta sarana transportasi untuk pelaksanaan unjuk rasa penjemputan tiga jenazah eks pengungsi Timtim pada Senin (9/1).(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006