Kupang (ANTARA News) - Mantan Pasukan Pejuang Integrasi (PPI) Timor Timur (Timtim) menilai, penembakkan tiga warga eks Timtim di Sungai Malibaka, Jumat pekan lalu, membuktikan bahwa Polisi Penjaga Perbatasan Timor Timur (UPF) tidak mendukung program rekonsiliasi Presiden negara pecahan Indonesia itu Kay Rala Xanana Gusmao. "Hal itu bisa terjadi karena ada orang (pelaku penembakkan dan pendukungnya) yang tidak mendukung program Presiden Xanana," kata mantan Komandan Sektor A PPI, Joanico Cesario, di Kupang, Senin, usai bertemu Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Demokratik Timor Timur di Kupang NTT, Caitano S. Guterres. Joanico dan rekan-rekannya sesama mantan anggota PPI dan mahasiswa/pelajar eks Timtim mendatangi Kantor Konjen Timtim di Kupang untuk menyampaikan sikap terkait penembakkan tiga warga eks Timtim di perbatasan Kabupaten Belu dengan Distrik Bobonaro, Timtim, yang diperkirakan dilakukan oleh Kepolisian Timtim Unit Patroli Perbatasan. Ketiga warga Indonesia eks Timtim yang meninggal di tempat kejadian perkara (TKP) di Sungai Malibaka akibat penembakkan itu yakni Candido Mariano (26), Jose Mauhorte (38) dan Stanis Maubere (48). Ketiganya adalah warga Desa Tohe, Kecamatan Raihat. Joanico mengatakan, ulah oknum Polisi Nasional Timtim yang ditugaskan sebagai penjaga perbatasan Timtim itu merupakan masalah internal negara baru itu. Persoalan tersebut tidak boleh menjadi halangan utama proses rekonsiliasi rakyat Timtim yang didukung Presiden Xanana dan tokoh-tokoh warga eks Timtim di Timor bagian Barat, wilayah Provinsi NTT. "Pelaku-pelaku penembakkan yang mengabaikan program Xanana itu harus ditindak agar rakyat Timtim secara keseluruhan dapat mengimplementasikan rencana-rencana rekonsiliasi," katanya. Dia mengatakan, penembakkan tersebut kembali melukai hati rakyat Timtim pro-integrasi yang bermukim di wilayah Timor bagian Barat, karena mengingatkan kembali peristiwa kekerasan yang pernah terjadi. Peristiwa itu, menurutnya, dapat menghambat proses rekonsiliasi yang sementara dibangun rakyat Timtim dari kedua kubu yang pernah bertikai di masa lalu. "Memang dapat menghambat rekonsiliasi tetapi jangan kita terpaku pada insiden itu lalu melupakan program rekonsiliasi yang sedang digalakkan. Orang Timor tidak harus terus-menerus hidup dalam pertikaian," katanya. Joanico mengajak semua komunitas Timtim terutama tinggal di wilayah Timor bagian Barat, untuk menyikapi penembakkan di perbatasan sebagai perbuatan oknum Polisi Perbatasan Timtim yang dikategorikan menentang program Persiden Xanana. Peristiwa itu, katanya, tidak mesti dijadikan alasan untuk menghentikan rekonsiliasi rakyat Timtim yang sedang berlangsung dan Pemerintah Timtim juga harus menyikapi masalah ini secara proporsional dan tidak melahirkan kekecewaan di kalangan warga eks Timtim. "Demi kemajuan rekonsiliasi maka di kalangan rakyat Timtim harus memiliki pikiran bahwa insiden itu hanya perbuatan oknum yang akan menerima sanksinya. Rekonsiliasi harus terus berlangsung hingga mencapai tujuan," katanya. (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006