Zurich (ANTARA News) - Komisi Etik FIFA menghukum tokoh yang sempat mencalonkan diri menjadi ketua FIFA Mohamed bin Hammam dan Wakil Ketua FIFA Jack Warner, Minggu, sedangkan Ketua FIFA Sepp dinyatakan bersih dari tuduhan korupsi.

Komite itu, dipimpin tokoh dari Namibia, Petrus Damaseb, melakukan pemeriksaan atas bin Hammam, Warner dan Blatter selama sehari yang amat dramatis, didahului dengan pengundurkan diri bin Hammam dari pencalonan menjadi ketua FIFA, satu-satunya pesaing Blatter pada pemilihan mendatang.

"Komite Etik FIFA mencapai keputusan," kata Blatter dalam pernyataannya, "Saya tidak ingin berkomentar terlalu rinci. Tetapi secara sederhana, saya amat menyesalkan apa yang terjadi dalam beberapa hari dan minggu ini."

"Kesan terhadap FIFA amat dipengaruhi hal itu," katanya tokoh berusia 75 tahun dari Swiss itu.

Dua anggota Uni Sepak Bola Karibia (CFU), Debbie Minguell dan Jason Sylvester, dinyatakan terlibat dengan kasus tokoh dari Qatar bin Hammam dan Warner, juga dijatuhi hukuman.

Pemilihan ketua FIFA ditteruskan sesuai dengan rencana, pada 1 Juni, demikian diumumkan Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke setelah Komite Etik FIFA melakukan pemeriksaan, dimana Blatter kini maju sendiri dengan tadak ada saingannya.

"Keduanya bin Hammam dan Warner dilarang mengikuti kegiatan sepak bola di masa mendatang sedangkan pemeriksaan lanjutan akan diteruskan," demikian diumumkan Damaseb, bahwa kedua orang itu "dapat kesempatan untuk membela diri mereka."

Sebagai jawaban, Warner menyatakan bahwa "Mr Blatter memberi satu juta dolar kepada CONCACAF (Konfederasi Sepak Bola Amerika Tengah) dalam usaha "membeli suara mereka untuk memilih tokoh dari Swiss itu.

Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia bin Hammam (62) bersama Warner menyatakan hukuman yang dijatuhkan kepada mereka tidak adil.

"Saya berkata kepada Komite Etik berdasar saksi yang cukup kuat dan ini merupakan prosedur yang harus dipenuhi Sekjen FIFA," katanya dalam pernyataan.

"Tetapi Komisi Etik dalam pertemuan hari ini tidak menemukan bukati yang membenarkan saya. Kosekuensinya, saya seharusnya mendapat keuntungan, tapi kebalikannya, saya dihukum dari semua kegiatan sepak bola," katanya.

Warner menyatakan, hukukannya merupakan "kejutan yang mengagetkan baginya".

Ia mengeluh karena diberi waktu kurang dari 24 jam untuk mengumpulkan bukti untuk pernyataannya dan menduga ini semua karena ada manuver politik internal di FIFA.

"Hal ini sengaja dibuat terhadap saya dan bin Hammam dan dirancang sedemikian rupa untuk menjatuhkan saya dan bin Hammam, yang amat kritis bagi FIFA," kata Warner.

Bin Hammam, Warner dan dua ofisial dari CFU diminta untuk menjawab tuduhan korupsi yang mereka lakukan, tetapi duet dari CFU itu tidak hadir.



Berbuat salah

Bin Hammam, yang amat berpengaruh ketika Qatar secara mengejutkan terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, serta Warner ditargetkan menggantikan Chuck Blazer, Sekjen CONCACAF, dilaporkan kemungkinan berbuat salah pada pertemuan 10 dan 11 Mei di Trinidad.

Bin Hammam dan Warner dituduh menawarkan uang sebesar 40.000 dolar (28.000 euro) kontan kepada asosiasi nasional pada konferensi di Trinidad, agar memberikan suara mereka kepada Hammam dalam pemilihan ketua FIFA mendatang.

Blatter diminta hadir dalam pertemuan dengan Komite Etik untuk menjawab pernyataan Warner yang sebelumnya bahwa ia mengatakan kepada Blatter ada rencana pemberian uang dalam pertemuan itu.

Ia dengan keras menentang tuduhan itu dan berdasar versinya ia dapat meyakinkan peserta komisi sehingga ia dinyatakan bersih.

Menurut Damaseb, Blatter tidak ada diberi tahu tentang apa yang terjadi dalam pertemuan itu, tetapi Warner meminta nasihat atau pendapatnya dan Blatter menjawab agar hal itu jangan sampai terjadi dengan CFU.

Damaseb menyatakan Blatter tidak harus menjawab tuduhan yang dilakukan Warner.

Di tengah kontroversi masalah itu, Valcke mengatakan tidak ada penundaan pemilihah presiden badan sepak bola dunia itu, dan Blatter dipastikan akan menempati posnya untuk periode keempat dan yang terakhir, sejak ia berkuasa di organisasi itu mulai 1998.

Ia mengatakan tidak ada alasan untuk menunda pemilihan itu, bahkan ia menandaskan bahwa FIFA mengalami perubahan politik mendalam, sejak kepemimpinan Blatter.

Artinya, katanya, "FIFA tidak pernah sekuat atau setransparan seperti saat ini."
(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2011