Jakarta (ANTARA News) - Menperin Fahmi Idris mengatakan sampai kini belum ada industri pangan besar yang ditengarai menggunakan formalin, dan pemerintah menyiapkan empat langkah untuk mengatasi penyalahgunaan formalin yang kebanyakan dilakukan usaha kecil dan menengah (UKM). "Tempo hari Depkes melalui BPOM melakukan uji coba dan belum ada produsen (pangan) besar (yang menggunakan formalin)," katanya di sela-sela kampanye makanan bebas formalin bersama Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, di industri tahu, di Jakarta, Senin. Dikatakannya, secara prosentase, UKM pangan memang banyak yang menggunakan formalin dalam proses produksinya dan hal itu menjadi masalah besar karena sektor tersebut banyak menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah menyiapkan empat langkah mengatasi penyalahgunaan formalin pada industri makanan, yaitu pertama membuat ketentuan mengenai peredaran formalin di dalam negeri, sehingga kelak formalin tidak bebas atau dengan mudah diperoleh para produsen makanan skala kecil dan menengah. "Karena masalah ini (formalin) akan dikeluarkan ketentuan dan peraturan mengenai peredaran dan pengawasan terhadap produksi maupun impor (formalin), sehingga nanti peredarannya tidak semudah seperti sekarang," kata Fahmi. Kedua, pemerintah akan menggalakkan penyuluhan dan pengawasan kepada produsen, importir, maupun masyarakat agar tidak menggunakan formalin dalam proses produksi produk pangan. Ketiga, melakukan tindakan hukum terhadap mereka yang melanggar ketentuan tersebut, dan keempat mencari langkah tepat untuk melindungi UKM yang terancam usahanya akibat merebaknya isu formalin pada produk makanan. Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali secara khusus mengharapkan media massa terlibat dalam kampanye anti formalin pada produk makanan, sehingga UKM tidak menggunakan formalin dan masyarakat kembali mengkonsumsi tahu, ikan asin, mie basah, dan bakso, yang ditengarai menggunakan formalin. "Pemulihan tergantung pers, karena pers yang menyebarkan. Tidak semua UKM menggunakan formalin, tetapi mereka yang tidak pakai formalin terkena dampaknya," ujar Suryadharma. Menurut dia, UKM sendiri sudah berkomitmen untuk tidak menggunakan zat kimia berbahaya tersebut dan ia berharap masyarakat kembali mengkonsumsi berbagai produk makanan UKM yang ditengarai memakai formalin tersebut. "Hal lain yang menggembirakan adalah hasil survei BPOM. Survei pertama menunjukkan penggunaan formalin dalam prosentase yang cukup besar. Namun ketika baru-baru ini dilakukan survei ulang dengan sampel lebih besar, terjadi penurunan signifikan atas penggunaan formalin," ujarnya. "Karena itu sudah tidak ada alasan lagi bagi konsumen untuk tidak mempercayai produk baso, tahu, ikan asin, mie basah," kata Suryadharma.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006