Sao Paolo (ANTARA News) - Suasana kacau mewarnai beberapa pasar swalayan di Sao Paolo, Brazil, Senin, saat puluhan ribu penggemar berupaya membeli tiket bagi konser kelompok rock Irlandia, U2. Mesin hitung di meja kasir rusak dan barisan penggemar antre melingkari blok-blok bangunan kota. Pembeli yang menanti selama lebih dari 12 jam di tengah terik matahari menjadi frustrasi dan marah saat malam tiba dan mereka masih belum memperoleh apa yang mereka cari. Regu polisi disiagakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya keributan dan kendatipun keadaan semakin menegang, tak ada insiden besar dilaporkan. U2 dijadualkan akan menggelar konser di Stadion Sepakbola Marumbi -- markas besar juara dunia sepakbola antar-klub Sao Paolo -- pada 20 Pebruari sebagai bagian lawatan kelilingnya Vertigo. Panitia penyelenggara menyampaikan permohonan maaf dan mengemukakan pertunjukan tambahan akan digelar pada hari berikutnya. Kelompok musik yang mengaku memperjuangkan nasib orang miskin dan tertindas dunia itu telah dikecam para penggemarnya akibat tingginya harga karcis konsernya. Mahasiswa dapat membeli tiket dengan harga separuhnya, namun harga penuh yang paling murah adalah 200 reai, atau sekitar Rp750.000. Harga termurah itu setara dengan dua pertiga upah minimum bulanan Brazil. Panitia memasarkan show melalui kerjasama dengan kelompok pasar swalayan Pao de Acucar, yang dimiliki bersama keluarga Diniz, salah satu keluarga terkaya di Brazil, dan perusahaan Casino Guichard-Perrachon dari Perancis. Karcis akan dijual hanya pada 10 supermarket di Sao Paolo dan dua di Rio de Janeiro pada pukul 10 pagi. Di luar perkiraan Hampir pada sebagian gerai, hanya ada satu kasir melayani penjualan. Akibatnya mesin hitung menjadi rusak dan kekecauan pun timbul. Permintaan karcis di luar perkiraan, kata Paulo Pompilio, staf humas Pao de Acucar. "Ada tersedia 73.000 tiket. Permintaan jauh lebih banyak lagi," katanya kepada Reuters. Suasana menjadi semakin kacau akibat adanya kebiasaan di Brazil yang memperkenankan para manula, orang cacat dan wanita hamil untuk antre di depan, sehingga menimbulkan penumpukan tak menyenangkan orang-orang tua serta sejumlah orang muda cacat di pintu masuk toko. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006