Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan memproyeksikan bahwa investasi bernilai miliaran dolar AS siap masuk ke Indonesia dalan dua atau tiga tahun mendatang.

"Saya mendapatkan komitmen kongkrit mengenai hal itu dari beberapa investor dan pengusaha global yang saya temui dalam forum ini," katanya kepada pers disela Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) untuk Asia Timur di Jakarta, Senin.

Menurut Gita, komitmen itu sendiri terungkap dalam forum dengan capaian kesan dan pencitraan tertinggi dibanding forum sejenis tahun lalu di Vietnam dengan peserta yang tidak lebih dari 400 orang, sedangkan di Indonesia diikuti lebih dari 600 orang.

"Forum ini juga dalam prisma internasional diakui sebagai forum dengan tingkat kehadiran para pengambil keputusan yang tertinggi baik itu di kalangan pengusaha, birokrat maupun praktisi dan akademisi," katanya.

Untuk itu, tegasnya, wajar jika komitmen yang bisa ditangkap untuk kepentingan penciptaan iklim investasi di Indonesia juga lumayan besar karena mereka menyatakan minatnya yang luar biasa.

"Indonesia dengan pasar lebih dari 200 juta penduduk adalah peluang tersendiri yang sangat menarik bagi mereka," katanya.

Gita memberi contoh, sejumlah komitmen dan realisasi investasi dalam beberapa tahun terakhir trennya meningkat, contohnya tahun lalu, Indonesia mencatat pertumbuhan 55 persen dan kuartal pertama tahun ini sudah tumbuh 27 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Mobilisasi investasi itu juga mulai terlihat, tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga untuk luar Jawa. Penyelesain investasi di Indonesia sudah berkurang dari kesan tumpang tindih," katanya.

Kemudian, dari forum ini pula, tegasnya, pihaknya telah mendapatkan komitmen serius seperti dari kawasan Asia dari pabrikan motor Nissan, Daihatsu dan Tata Motor India yang berniat melakukan pembangunan pabrik baru di Indonesia.

"Nilainya ratusan juta dolar AS," katanya.

Selain itu, dari Grup GMR India yang berniat melirik infrastruktur seperti rel kereta api, bandara dan pembangkit dengan nilai investasi sekitar lima miliar dolar AS.

Tidak hanya itu, JFK Group Indonesia juga berniat menanamkan investasinya sekitar 3-5 miliar dolar AS. Dari Korea, ada Grup Lotte yang siap masuk. Grup SK, Korea juga berniat menanamkan sekitar 3-5 miliar dolar AS.

"Dari AS seperti P and G dan General Electric berniat menanamkan investasinya ratusan juta dolar AS. Sedangkan dari Eropa, ada Grup Unilever dan Nestle serta Milo yang berniat menambah sejumlah pabriknya di Jatim dan Jabar senilai ratusan juta dolar AS," katanya.

Grup Coca-Cola, kata Gita, juga bersiap menambah dan mengevaluasi niat investasinya dari 0,5 miliar dolar AS di Indonesia menjadi 4-5 kali lipatnya dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

"ESAR Grup juga berniat menanamkan dalam proyek-proyek infrastruktur seperti pelabuhan, bandara dan rel Kereta Api," katanya.

Gita juga menyatakan, sejumlah perusahaan besar seperti Hanua dari Korea telah mengakuisisi perusahaan tambang lokal di Kalimantan sebagai sebuah strategi memasuki pasar Indonesia.

"Hanua sudah lakukan akuisisi perusahaan tambanng lokal di Kalimantan, selanjutnya mereka akan menjajaki dengan pemda setempat untuk membangun pembangkit listrik atau smelter," katanya.

(E008/S019)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011