Jakarta (ANTARA News) - Saham-saham di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Senin melemah menyusul jatuhnya bursa Wall Street dan sentimen negatif data ekonomi China serta kinerja industri otomotif Jepang.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI ditutup turun 38,89 poin atau 1,03 persen ke posisi 3.748,76, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 6,81 poin atau 1,02 persen ke posisi 663,21 poin.

"Sangat disayangkan di tengah forum ekonomi dunia yang diselenggarakan di Jakarta, indeks saham bergerak melemah," kata analis Universal Broker Securities Satrio Utomo di Jakarta, Senin.

"Diperkirakan pada kuartal dua indeks akan kembali mencatatkan `new hight` setelah terkoreksi saat ini," katanya.

Ia menambahkan, saham-saham berkapitalisasi besar yang memiliki peredaran sahamnya kecil seperti saham Astra International, Gudang Garam dan Indo Tambangraya pada Senin ini bergerak melemah sehingga membuat koreksi indeks dalam negeri.

Kondisi yang tidak mendukung di bursa dunia dan Asia mendorong pelaku pasar di BEI mengambil untung (profit taking).

"Selain `profit taking`, investor tengah mengamankan asetnya ke tempat lain seperti emas," kata dia.

Ia menambahkan, pelaku asing yang masih dalam posisi jual kendati tidak terlalu besar dibanding pada akhir pekan lalu juga menjadi salah satu faktor pelemahan indeks BEI.

"Pelaku asing banyak melakukan jual hingga mencapai sebesar Rp55,008 miliar," kata dia.

Satrio memprediksi, pada perdagangan besok, Selasa (14/6) indeks masih cenderung dilanda koreksi dikarenakan masih minimnya sentimen yang mengankat indeks.

"Besok indeks diproyeksikan bergerak di kisaran 3.720-3.770 poin dengan kecenderungan melemah," ujarnya.

Sementara, tercatat Saham-saham yang bergerak melemah diantaranya, Bhakti Investama (BHIT) turun Rp10 ke Rp225, bumi Resouces (BUMI) turun Rp100 ke Rp56.400, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun Rp50 ke Rp6.250.

Perdagangan saham berjalan dengan terjadi transaksi frekuensi mencapai 107.895 kali, pada volume saham yang diperdagangkan mencapai 4,302 miliar lembar saham dengan total nilai Rp3,064 triliun dengan saham yang tertekan mendominasi sebanyak 211 saham, 37 saham naik, dan 75 saham tidak bergerak harganya.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011