Seoul (ANTARA News/Yonhap-OANA) - Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-Jin Senin memperingatkan bahwa kemungkinan "provokasi kejutan" oleh Korea Utara terhadap Selatan akan meningkat, setelah rentetan retorika berapi-api Pyongyang ditujukan kepada Seoul.

Dalam satu perubahan nyata dari desakan untuk perundingan, Korea Utara telah mengancam akan memotong saluran komunikasi langsung militer dengan Korea Selatan, dan menyatakan bulan lalu bahwa ia tidak akan berurusan lagi dengan Selatan.

Rezim komunis itu juga berjanji akan melakukan pembalasan membabi-buta terhadap militer Selatan untuk penggunaan foto-foto tembak-kepala pemimpin tertinggi Korea Utara sebagai target latihan menembak mereka.

"Kemungkinan terjadi provokasi kejutan (oleh Korea Utara-red) dengan berbagai cara dan metode, terus meningkat. Sementara juga menekan kita dengan ancaman retoris," kata Kim, anggota parlemen pada sidang parlemen.

"Korea Utara juga melanjutkan kegiatan untuk mempertahankan statusnya dengan melakukan uji tembak nuklir dan peluncuran rudal."

Kim mengatakan, pihak militer mengamati dengan cermat militer Korea Utara dan memelihara kesiapan untuk mengatasi "berbagai jenis provokasi."

Militer Korea Selatan mengakui bahwa beberapa dari satuannya telah menggunakan gambar-gambar pemimpin Korut Kim Jong-Il dan anak bungsunya dan ahli waris Kim Jong-Un sebagai sasaran tembak.

Penggunaan target tersebut telah dilarang sejak ancaman pembalasan Korea Utara dikeluarkan awal bulan ini.

Di antara kejutan lain, Korea Utara mengatakan menolak tawaran Korea Selatan untuk menghadiri pertemuan puncak antar-Korea selama pertemuan rahasia bulan lalu.

Korea Selatan tidak menyangkal bahwa mereka telah berusaha untuk melakukan pertemuan puncak dengan Utara, namun mengatakan, pertemuan rahasia itu ditujukan untuk memenangkan permintaan maaf Korea Utara terhadap serangan-serangan mematikan selama dua tahun lalu.

Ketegangan-ketegangan di Semenanjung Korea tetap tinggi setelah dua serangan Korea Utara - yakni tenggelamnya kapal perang Cheonan pada Maret dan penembakan terhadap Pulau Yeonpyeong pada November. Serangan-serangan itu total menewaskan 50 warga Korea Selatan, termasuk dua warga sipil.

(T.H-AK/C/H-AK/S004) (ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2011