Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Australia menyepakati untuk menyusun standar kesejahteraan hewan atau "animal welfare" untuk diterapkan dalam pemotongan ternak.

Kesepakatan tersebut merupakan hasil pertemuan Menteri Pertanian Suswono dengan Atase Pertanian Australia di Jakarta, Selasa.

"Pembuatan standar bersama cukup penting karena aturan yang ditetapkan Australia belum diakui oleh organisasi kesehatan hewan internasional (OIE) dan Orgnisasi Perdagangan Dunia (WTO)," katanya.

Sementara itu, lanjutnya, Indonesia juga memiliki standar kesejahteraan hewan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13 Tahun 2010 tentang persyaratan rumah potong dan unit penanganan daging.

Beberapa waktu lalu pemerintah Australia menghentikan ekspor sapi bakalan ke Indonesia.

Kebijakan itu menyusul laporan lembaga swadaya masyarakat, Animals Australia, yang membeberkan dalam tayangan BBC bertajuk Four Corners pada Senin, 30 Mei 2011, bahwa ternak Australia di Indonesia dianiaya sebelum disembelih. Ada yang dipukuli, dicambuk, dan dibiarkan sekarat dalam waktu lama.

Dalam pertemuan di kantor Kementerian Pertanian itu kedua pejabat menyepakati, kebijakan impor sapi akan ditentukan setelah melakukan investigasi terhadap dugaan penyiksaan hewan di rumah potong.

"Tapi sebelum turun ke lapangan, harus dibuat dulu standar bersama tentang animal welfare (kesejahteraan hewan)," kata Suswono.

Mentan menyatakan, bila pemerintah Indonesia mengikuti standar yang ditetapkan Australia dikhawatirkan akan timbul masalah baru saat melakukan investigasi.

Menurut dia, perumusan standar baru akan dilakukan secepatnya dengan melibatkan sejumlah pihak salah satunya Majelis Ulama Indonesia.

"Karena kita punya budaya penyembelihan sesuai agama," kata dia.

Setelah standar kesejahteraan penyembelihan hewan disusun, tambahnya, maka akan dibentuk tim bersama Australia untuk menginvestigasi dugaan penyiksaan hewan tersebut.

Mentan menyatakan, bila hasil investigasi tidak mengubah kebijakan Australia membuka keran impor sapinya hal itu bukan menjadi masalah besar bagi Indonesia.

"Pedagang senang kalau kita tidak impor karena harga bagus," kata dia.

Ia menambahkan penutupan impor sapi Australia juga tidak berpengaruh pada persediaan sapi bakalan Indonesia, bahkan persediaan sapi bakalan masih cukup hingga September.

"Masih banyak negara lain yang bisa melakukan ekspor seperti Meksiko," katanya.
(S025/S006)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2011