Bojonegoro (ANTARA News) - Tebing Bengawan Solo sepanjang ratusan meter di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jatim, ambles dan mengakibatkan lima rumah tembok di wilayah setempat berantakan, satu rumah diantaranya roboh.

"Rumah yang roboh itu milik Kayat, masuk ke Bengawan Solo berikut satu ekor sapi miliknya," kata salah seorang warga setempat, Sutrisno (58), Rabu.

Sementara rumah Sutrisno, yang bersebelahan dengan rumah Kayat juga ikut ambles dan di bagian belakang rumahnya berantakkan. Sedangkan rumah milik Agus Priyanto, Munir dan Sidik, yang masih satu deretan juga mengalami hal serupa, ikut pecah.

Ia menyebutkan, kejadian amblesnya tebing Bengawan Solo di wilayah setempat, dengan kedalaman berkisar 2-3 meter, Senin (13/6). Selain mengakibatkan lima buah rumah berantakan, sejumlah rumah lainnya di wilayah setempat juga terancam longsor.

Amblesnya tebing Bengawan Solo tersebut, juga mulai mengancam jalan raya provinsi Bojonegoro-Padangan, di desa setempat yang jaraknya hanya sekitar 25 meter dari lokasi tebing yang longsor.

"Kejadian tebing di sini ambles baru kali ini," ujarnya.

Mengatasi amblesnya tanah itu, Sutrisno mengaku, sudah menghabiskan pasir 10 truk untuk menguruk belakang rumahnya yang bangunannya pecah. Sedangkan di bagian tengah, rumahnya terpaksa diputus untuk menghindari rumah tersebut tertarik masuk Bengawan Solo.

"Rumah ini sudah tidak saya tempati," jelas Sutrisno seraya menambahkan, dalam membangun rumahnya itu, sudah menghabiskan sekitar Rp300 juta lebih.

Baik Sutrisno dan Sunoko (52), warga lainnya di Desa Ngablak, Kecamatan Dander memperkirakan, amblesnya tanah tebing Bengawan Solo tersebut, akibat berada di tikungan luar Bengawan Solo dan selalu menjadi tumpuan derasnya air Bengawan Solo ketika banjir.

Sebelum itu, katanya, di Bengawan Solo di wilayah setempat, terpasang puluhan balok kayu jati sebagai penahan longsor di tiga lokasi. Hanya saja, secara bertahap balok kayu yang terpasang berjajar di perairan Bengawan Solo tersebut hilang dicuri orang.

"Hilangnya balok kayu di Bengawan Solo ini, sudah lama," ucapnya dengan nada prihatin.

(KR-SAS/C004)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011