Jakarta (ANTARA News) - Belanda kembali menawarkan kerja sama pembuatan kapal korvet dengan Indonesia dalam lima tahun hingga sepuluh tahun ke depan, melanjutkan program korvet Sigma I dan II yang sebelumnya telah berjalan. Hal itu terungkap dalam pertemuan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Nikolaus van Dame dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono di Jakarta, Rabu. "Namun, kita masih mengkaji lagi tawaran tersebut karena ada negara lain pula yang menawarkan kerja sama serupa," kata Menhan Juwono Sudarsono. Ia mengatakan, Dephan masih akan mengkaji skema kerja sama pembuatan kapal korvet ketiga dan keempat yang ditawarkan Belanda termasuk untuk melibatkan PT PAL dalam pembuatan kapal tersebut. Semula, pembelian Korvet kelas Sigma dari Belanda sebanyak empat unit dilakukan dengan melibatkan PT PAL dengan pola dua unit (Korvet 1 dan Korvet 2) dibuat di Belanda dengan harga 212,40 juta dolar AS dan dua unit lagi (Korvet 3 dan Korvet 4) dibuat di PT PAL dengan harapan ada alih teknologi, dengan harga 339,34 juta dolar AS. Namun pada 6 Mei 2004, yakni masa-masa akhir pemerintahan Megawati Soekarnoputri, rencana itu dibatalkan, khususnya untuk pengadaan Korvet 3 dan Korvet 4. Sementara Korvet 1 dan Korvet 2 terus berjalan. Pembatalan itu menjadikan pengadaan Korvet 3 dan Korvet 4 diserahkan sepenuhya pada perusahaan Belanda, Royal Schelde, dan teknisi atau insinyur PT PAL sama sekali tidak dilibatkan. Rencana itu pun belakangan berubah, karena untuk Korvet 3 dan Korvet 4 dibatalkan. Kasal Laksamana Slamet Soebijanto bahkan sudah mengirim surat kepada Menteri Pertahanan untuk pembatalan itu dan mengajukan usulan agar dua Korvet yang akan dibeli diganti dengan kapal Fregat (Light Frigate/Frigate/Destroyer). (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006