Jakarta, 27/1 (ANTARA) - Belakangan ini mulai banyak kader dan tokoh Partai Golkar yang tidak setuju dengan kebijakan elit partai berlambang Pohon Beringin itu yang nanti melakukan penetapan calon presiden sesudah Pemilu Legislatif, 9 April 2009 nanti.

"Banyak kader yang mempertanyakan. Mereka akhirnya sadar, bahwa telah terjadi proses `akal-akalan` di tingkat elit partai. Kok pembahasan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) setelah Pemilu Legislatif (Pileg). Untuk kepentingan siapa itu? Partai, para elit atau Jusuf Kalla (JK) pribadi," tanya salah satu Ketua Departemen DPP Partai Golkar (PG), Zainal Bintang, di Jakarta, Selasa.

Ia mengaku terpaksa mengatakan itu, atas nama para kader PG sejati, setelah menyaksikan partai mereka itu seolah tidak punya sikap tegas, padahal merupakan pemenang Pemilu 2004 lalu.

"Aroma yang tercium oleh para kader PG terutama di daerah, bahwa keputusan (penetapan Capres usai Pileg) itu hanya `akal-akalan` dan hanya untuk kepentingan JK pribadi dan segelintir pengurus DPP yang `kebelet` mau jadi menteri," ungkapnya.

`Akal-akalan` itu, menurutnya, berawal dari diiming-imingnya JK tetap menduduki posisi Wapres, sementara belasan elit PG dijanjikan jabatan menteri.

"Jadilah konstituen dan kader-kader di tingkat basis jadi korban serta hanya pelengkap penderita semata," tandas Zainal Bintang.


Militansi Menipis

Tokoh Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gorong Royong (MKGR), salah satu kelompok induk organisasi (Kini) pendiri PG ini, menambahkan, akibat dari `akal-akalan` itu, kini betul-betul dirasakan serta ditanggung para kader di tingkat basis.

"Jelas, apa akibat yang ditanggung oleh para elit dan Ketua Umum DPP PG, saudara JK itu, yakni dengan cara `akala-akalan` begitu, yaitu tadi, makin maraknya perpecahan di daerah dan semakin melorotnya suara partai berdasarkan hasil survey berbagai lembaga riset," ujarnya.

Bahkan yang lebih memprihatinkan, katanya, menipisnya semangat joang dan militansi kader, serta memudarnya dukungan konstituen yang kebingungan.

"Mereka kebingungan, karena dilanda kampanye dan sosialisasi spektakuler partai lain yang pro aktif menyedot konstituen PG di kantong basis tradisionil. Mereka memanfaatkan kecerobohan elite PG yang sibuk berburu jabatan menteri," ungkap Zainal Bintang lagi.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009