Jember (ANTARA News) - Pasien penderita "Stevens Johnson Syndrome" di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi, Jember, Jawa Timur, akhirnya diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik.

"Kondisi balita penderita Stevens Johnson Syndrome sudah membaik hingga 90 persen, sehingga boleh dibawa pulang oleh keluarganya," kata Humas RSD dr Soebandi Jember, dr Justina Evi, Kamis.

Seorang anak balita yang bernama Nafas Ilafi Ilahiyat Sejati (3,5 tahun) asal Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, terjangkit penyakit Stevens Johnson Syndrome.

Stevens Johnson Syndrome merupakan sindrom langka yang terjadi, yang menyerang jaringan kulit tubuh dan membran mukosa, dengan simptom reaksi berlebihan terhadap suatu obat berujung pada infeksi.

Menurut Evi, pihak rumah sakit memberikan perawatan yang terbaik melalui terapi obat untuk pasien Stevens Johnson Syndrome yang menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Daerah tersebut.

"Tubuh balita yang melepuh akibat reaksi obat itu bisa kembali normal dengan melakukan terapi obat-obatan, namun butuh waktu yang agak lama dan tergantung daya tahan tubuh pasien yang bersangkutan," paparnya.

Ia menduga balita asal Situbondo yang terkena Stevens Johnson Syndrome tersebut mengonsumsi antibiotik dengan dosis tinggi, sehingga tubuhnya alergi dengan antibiotik tersebut hingga menyebabkan kulitnya melepuh.

"Saya mengimbau kepada masyarakat, agar berhati-hati dalam mengonsumsi antibiotik terutama orang tua yang akan memberikan antibiotik kepada anaknya. Harus benar-benar diperhatikan dosisnya," katanya, menambahkan.

Sementara ibu pasien penderita Stevens Johnson Syndrome itu, Ayu Purnama mengaku trauma dengan kesalahan pemberian obat dari dokter spesialis anak di Situbondo.

"Saya masih trauma dengan segala jenis obat antibiotik, sehingga saya akan merawat anak saya dengan baik dan lebih berhati-hati memberikan obat untuk anak saya," tuturnya.
(PSO070)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2011