Tel Aviv (ANTARA News) - Sekitar 15 orang terluka ketika seorang pembom bunuh diri Palestina meledakkan dirinya di sebuah warung cepat saji di sebelah bekas stasiun bus pusat di Tel Aviv, kata polisi dan petugas pertolongan, Kamis waktu setempat. Tidak ada warga sipil yang tampaknya tewas akibat serangan itu, tapi menurut polisi, mayat pembom telah ditemukan. "Kami tidak membawa pergi mayat kecuali mayat pembom bunuh diri tersebut," kata kepala polisi Tel Aviv, David Tsur, pada televisi Israel. Ia menimpali, "Kami mendapati sekitar 15 orang yang terluka, satu dari mereka yang terluka itu dalam keadaan serius. Semua orang yang terluka telah dievakuasi ke rumah sakit." Pembom itu tampaknya telah mendekati warung cepat saji di jalan Solomon di ibukota perdagangan Israel itu sebelum meledakkan dirinya. Daerah itu, yang bergantung pada pekerja asing, telah menjadi sasaran sejumlah serangan bunuh diri pada masa lalu, termasuk pada Januari 2002 dan Januari 2003. Pemboman itu merupakan serangan bunuh diri pertama sejak 5 Desember 2005, ketika lima warga Israel ditewaskan oleh seorang pembom bunuh diri dari gerakan garis keras di tempat peristirahatan Netanya di dekat Laut Tengah. Itu juga serangan pertama di dalam wilayah Israel sejak kelompok-kelompok garis keras penting Palestina menghentikan gencatan senjata pada akhir tahun itu. Serangan itu juga tiba kurang dari sepekan sebelum pemilihan parlemen Palestina 25 Januari. Pemerintah Israel sebelumnya menyuarakan kekhawatiran bahwa akan ada peningkatan dalam kekerasan pada detik-detik terakhir ke pemilihan yang akan diikuti oleh gerakan Islam garis keras Hamas untuk pertama kalinya. Satu dari pemimpin militer Hamas setempat tewas tertembak Selasa di kota Tulkarim di Tepi Barat utara, yang mendorong gerakan itu berjanji mereka akan meneruskan perlawanan mereka pada Israel. Serangan di Tel Aviv itu dengan cepat dikecam oleh pemerintah otonomi Palestina, yang kepala jurubicaranya mengatakan serangan itu tampaknya merupakan upaya untuk menyabot pemilihan 25 Januari. "Kami menentang tiap serangan yang ditujukan pada warga sipil pada satu pihak dan kami mengecam tindakan itu. Serangan itu dirancang untuk menyabot pemilihan," kata Nabil Abu Rudeina. Tidak ada pengakuan segera tanggungjawab atas serangan di Tel Aviv itu. Enam serangan bunuh diri terakhir semuanya merupakan pekerjaan Jihad Islam, yang paling keras dari sejumlah kelompok garis keras. Menteri Keamanan Umum Israel, Gideon Ezra, segera menuduhkan kesalahan kepada gerakan Jihad, dan mengatakan, "Hanya ada satu organisasi yang berusaha (untuk melakukan serangan) pada waktu ini. Itu adalah Jihad Islam." Pejabat senior kementerian luar negeri Israel Gideon Meir mengatakan bahwa serangan itu telah menyoroti konsekuensi kegagalan pemerintah otonomi Palestina untuk menindak tegas dan melucuti senjata kelompok garis keras. "Serangan itu membuktikan sekali lagi bahwa pemerintah otonomi Palestina gagal memenuhi kewajibannya," kata Meir. Serangan itu juga merupakan yang pertama sejak Ehud Olmert mengambil alih sebagai penjabat Perdana Menteri (PM) Israel, menyusul stroke berat yang menimpa PM Israel, Ariel Sharon, pada 4 Januari 2005. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006