Wahington (ANTARA News) - Pihak Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Kamis (19/1) menolak secara tegas tawaran gencatan senjata yang dibuat dalam sebuah rekaman audio yang dikaitkan dengan Usamah bin Ladin. "Kami tidak akan berunding dengan teroris. Kami menempatkan mereka di luar urusan. Kami tidak harus berhenti hingga mereka kalah," kata juru bicara Gedung Putih, Scott McCellan. Ia menimpali, "Masyarakat intelijen akan terus menganalisa rekaman itu untuk menentukan kebenarannya, dan jika ada upaya intelijen yang dapat dilakukan. Jika ada intelijeb yang dapat dilakukan, maka kami akan berbuat berdasarkan hal itu." Seorang pembantu Presiden George W. Bush mengatakan, AS tidak akan menjelaskan dengan segera apakah suara itu benar-benar suara Usamah bin Ladin atau bukan. Pemerintah AS secara tradisional berhati-hati untuk bereaksi pada rekaman seperti itu, sebelum kebenarannya dipastikan. Namun, sejumlah pejabat AS, termasuk di antara mereka yang menanyakan apa yang terjadi pada Usamah bin Ladin, yang pernyataan terbuka terakhirnya adalah pada 24 Desember 2004. Saat ini, rekaman itu memperingatkan serangan baru terhadap wilayah AS. Namun, suara dalam rekaman yang disiarkan di Al Jazeera sepekan setelah serangan AS terhadap gerilyawan al-Qaidah di Pakistan, juga menawari rakyat AS "gencatan senjata jangka panjang" bersyarat. "Penundaan dalam serangan yang sama bukan karena kegagalan untuk merembeskan langkah keamanan yang diambil," kata suara yang Al Jazeera katakan merupakan suara pemimpin Usamah bin Ladin. "Operasi itu akan disiapkan dan anda akan melihat kemudian di tanah air anda ketika persiapan itu siap," ia menambahkan. Pasukan AS masih mengejar Usamah bin Ladin dan pembantunya di Afghanistan dan di sudut-sudut terpencil Pakistan. Pesan yang dihubungkan dengan Usamah bin Ladin itu tiba saat pemerintah Pakistan berusaha untuk mengidentifikasi empat gerilyawan al-Qaidah yang tewas dalam serangan udara AS, pekan lalu. Satu dari mereka yang tewas adalah menantu laki-laki wakil penting Usamah bin Laden, Ayman al-Zawahiri, dan satu lainnya adalah seorang pakar bom dalam daftar yang dicari AS, demikian laporan jaringan televisi AS, ABC, dan surat kabar Pakistan, Dawn. Keduanya mengutip keterangan intelijen Pakistan. Zawahiri dilaporkan sebagai sasaran serangan di sebuah desa di sebuah daerah kesukuan di perbatasan Pakistan-Afghanistan itu. Sedikit-dikitnya 18 orang, termasuk sejumlah wanita dan anak, tewas sehingga ada protes di sekeliling Pakistan. Pemerintah Pakistan menyatakan bahwa sejumlah orang asing tewas dalam serangan itu dan Jenderal Peter Pace, kepala para kepala staf gabungan AS, mengatakan Kamis, "Saya tidak memiliki alasan utnuk meragukan apa yang pemerintah Pakiatan katakan." (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006