Brussels (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla mengajak pebisnis atau calon investor dari negara-negara Uni Eropa untuk datang ke Indonesia. Dalam kaitan ini pemerintah akan terus berupaya memperbaiki iklim usaha. "Tentu yang pertama dibutuhkan pemahaman agar mereka melakukan penjajagan," kata Wapres dalam jumpa pers di Brussels, Kamis, ketika ditanyakan hasil konkrit pertemuannya dengan sejumlah pebisnis dan industriawan di negara itu selama lawatannya ke Belgia sejak Selasa lalu. Jusuf Kalla mengemukakan para pebisnis dan calon investor harus diberikan pemahaman bahwa iklim usaha di Indonesia sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Wapres, pemerintah RI sangat serius untuk terus melakukan bebagai perbaikan untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi kegiatan usaha dan investasi. Berdasarkan catatan, sejauh ini para calon investor masih mengkhawatirkan kondisi keamanan, ketidakpastian hukum dan masih berlangsungnya praktek-praktek pungutan liar. Menjawab pertanyaan bahwa para calon investor, termasuk UE, lebih tertarik untuk menanamkan modalnya di China atau Thailand, Wapres mengakui bahwa calon penanam modal tentu saja akan mencari tempat-tempat yang paling menguntungkan bagi usaha mereka. "Untuk itulah, kita terus berupaya memperbaiki kondisi di dalam negeri," ujarnya. Ia mencontohkan, saat ini sedang digodok RUU perpajakan dan juga RUU amandemen tenaga kerja yang tidak saja melindungi pekerja, tetapi juga membuka kesempatan kerja bagi yang belum bekerja. Namun wapres mengakui dalam perdagangan dan investasi, Indonesia masih harus terus melakukan "capacity building" untuk memenuhi persyaratan standar kualitas yang diminta Uni Eropa, misalnya mata dagangan cacao, dimana UE menginginkan komoditas yang sudah difermentasi. Selama dua hari di Brussels, Wapres yang didampingi Mendag Mari Pangestu dan Ketua BKPM M.Lutfi menggelar sejumlah temu bisnis, antara lain dengan pimpinan Fortis Bank, para pengusaha industri tekstil, agrobisnis dan infrastruktur. Di bidang ekonomi dan kerjasama pembangunan, UE memiliki komitmen untuk meningkatkan dukungan bagi RI, seperti yang tercermin dalam peningkatan jumlah bantuan dari UE yang tertuang dalam `Country Strategic Paper 2005-2006` dengan alokasi dana senilai 216 juta euro. Bantuan UE ditujukan bagi reformasi ekonomi, `good governance`, penyempurnaan otonomi, pengelolaan sumberdaya alam serta peningkatan kemampuan RI dalam perdagangan multilateral. Belum dimanfaatkan Sementara di sektor investasi, UE merupakan kawasan penting sebagai sumber dana pengembangan usaha di Indonesia, namun sejauh ini belum sepenuhnya dimanfaatkan. Hal ini terutama akibat belum baiknya iklim investasi, stabilitas hukum, politik dan keamanan dalam negeri. Menurut catatan, nilai PMA UE di Indonesia baru mencapai dua persen dari total investasi UE di Asia. Investasi UE pada 2003 hanya mencapai l,2 miliar euro atau menurun drastis dibanding nilai investasi 1997 sebesar 11,6 miliar euro. Sementara di sektor perdagangan, volume perdagangan bilateral RI-UE terus meningkat dalam tahun-tahun terakhir ini. Dalam tahun 2004 tercatat surplus perdagangan untuk RI sebesar 5,1 miliar euro. Negara pasar utama ekspor RI ke UE adalah Jerman dengan nilai 2 miliar euro, Belanda l,6 miliar euro, Inggeris l,5 miliar euro, Itali l,2 miliar euro dan Spanyol 959 juta euro. Komoditas ekspor utama RI antara lain alat perkakas, mebel, dan alas kaki, sementara impor RI dari UE antara lain reaktor nuklir, alat perkakas dan kimia organik. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006