Brussels (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla berpendapat pemantau asing yang bertugas memonitor proses perdamaian dan integrasi di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam masih diperlukan dalam upaya membangun kepercayaan antara pemerintah RI dan mantan anggota GAM. "Bukan karena pihak GAM tidak mempercayai pemerintah Indonesia, tetapi kedua belah pihak sedang berusaha membangun kepercayaan, dan untuk itu harus ada pihak luar yang memantaunya," kata Wapres dalam jumpa pers di Brussels, Kamis, saat menjelaskan lawatannya di Belgia, termasuk bertemu dengan Komisioner Dewan Uni Eropa, Javier Solana, Kamis. UE bersama lima negara anggota ASEAN (Brunei, Filipina, Malaysia dan Singapura), Norwegia dan Swiss telah menempatkan Misi Monitoring Aceh (AMM) sejak l5 September 2005 yang mandatnya diperpanjang lagi selama tiga bulan. AMM bertugas mengawasi berbagai aspek pelaksanaan Kepakatan Damai yang telah ditandatangani antara wakil-wakil pemerintah RI dan GAM pada 15 Agustus 2005 yang menandai berakhirnya konflik hampir sepanjang 30 tahun di wilayah Aceh yang menelan sekitar 10.000 jiwa. Jusuf Kalla dalam kesempatan itu juga menyatakan terima kasih kepada UE, karena berkat partisipasi mereka, proses damai di Aceh berlangsung begitu cepat. "Cara penyelesaian masalah Aceh yang melibatkan negara-negara di dua kontinen (Asia dan Eopa) bisa menjadi contoh penyelesaian konflik," tuturnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan Wapres ketika pada hari yang sama bertemu dengan Komisioner Urusan Luar Negeri dan Keamanan Dewan Eropa, Javier Solana di kantor UE di Brussels. Kamis sore Wapres dan rombongan yang antara lain didampingi Menlu Hasan Wirayuda bertolak ke Helsinki. Selama di ibukota Finlandia itu Wapres dijadualkan akan bernostalgia dengan tokoh-tokoh GAM yang ikut menandatangani Kesepakatan Damai itu di "Koningstedte Mannor" di luar kota Helsinki. Dua tokoh GAM, yakni Tengku M. Lampoh dan Irwandi Yusuf juga ikut bergabung bersama rombongan Wapres dari Jakarta untuk mengikuti acara tersebut. Kesepakatan damai yang difasilitasi mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari melalui Crisis Management Initiative melanjutkan proses perdamaian yang diprakasai lembaga NGO Swiss, Henry Dunant Centre (HDC) yang semula berhasil mencapai tahap Kesepakatan Penghentian Permusuhan (Cessation of Hostilities), namun mandeg pada Mei 2003. Wapres sedang melakukan lawatan sembilan hari dari Selasa lalu sampai 25/1 untuk mempromosikan perdagangan dan investasi ke Belgia, Finlandia dan Jepang dan sebelumnya singgah di Kuwait guna melayat jenazah Emir Kuwait,l Sheikh Jaber al-Ahmed al-Sabah, Minggu lalu. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006