Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perindustrian belum dapat memastikan besaran Tarif Dasar Listrik (TDL) yang ideal karena sampai saat ini masih banyak opsi yang ditawarkan dari kalangan industri. "Saya tidak mau berspekulasi karena usulan mengenai TDL itu banyak," kata Menteri Perindustrian, Fahmi Idris kepada wartawan di Jakarta, Jumat. Diakuinya, kenaikan TDL akan mempengaruhi struktur biaya perusahaan, tetapi kalangan usaha sendiri saat ini masih beragam mengenai usulan TDL, sehingga sampai saat ini perhitungannya belum final. "Pemerintah sendiri sampai saat ini belum bersikap mengenai kenaikan TDL. Lagipula sebenarnya kenaikan TDL merupakan hal lazim tetapi mengapa saat ini baru diributkan," kata Fahmi. Fahmi juga memastikan sektor industri tetap akan mendapatkan insentif terhadap kenaikan tersebut. Namun bentuknya seperti apa sampai saat ini masih mempelajari berbagai opsi, tetapi yang jelas pemerintah akan memperhatikan hal tersebut. Menurut Fahmi, kenaikan TDL pasti akan diikuti dengan penyesuaian dari berbagai sektor. Pada awalnya saja dirasakan memberatkan tetapi nantinya akan tercapai keseimbangan baru. Seperti kenaikan nilai tukar justru eksportir hasil alam seperti cokelat, sawit, dan sebagainya merasa diuntungkan. Begitu juga dengan listrik pasti ada pihak yang diuntungkan yang pada akhirnya tercipta keseimbangan baru. Menyangkut kenaikan suku bunga bank, Fahmi mengatakan, saat ini pemerintah tidak dapat lagi melakukan intervensi karena seluruhnya tergantung kepada kebijakan Bank Indonesia. Hanya saja sebelumnya, pihak Deperin telah memfasilitasi dengan mempertemukan pengusaha tekstil dengan Bank Indonesia yang juga dihadiri dengan bank-bank nasional. Inti dari pertemuan tersebut mengajak semua pihak agar dapat mengerti bahwa jangan sampai membuat sektor industri tekstil mengalami kebangkrutan (sunset industry), ucapnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006