Padang (ANTARA News) - Budayawan Sumatera Barat Wisran Hadi meninggal dunia pada Selasa pagi (28/6) jam 07.30 wib pada usia 66 di kediamannya Jalan Gelugur Blok H no. 2 Wisma Indah II Lapai Padang, Sumatera Barat.

Berdasarkan keterangan Yusrizal KW di Padang, Selasa salah seorang sastrawan yang dekat dengan Wisran mengatakan budayawan itu meninggal dunia pada jam 07.30 wib diduga akibat serangan jantung mendadak.

"Pada Selasa pagi almarhum sedang mengetik guna membuat tulisan, namun tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya yang bersangkutan terkulai dan kemudian ditemukan telah meninggal dunia," kata Yusrizal di rumah duka.

Saat ini para pelayat telah ramai mendatangi rumah duka yang berada di Wisma Indah Lapai Padang. Jenazah direncanakan akan dikebumikan hari ini namun untuk lokasi masih dalam pembicaraan keluarga.

Wisran Hadi lahir di Padang, Sumatera Barat, 27 Juli 1945 merupakan salah satu seniman/budayawan yang memenangkan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dan beberapa penghargaan dari luar negeri, seperti dari Thailand.

Pada tahun 2010 ia menerima penghargaan anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) Award dan merupakan penerima kelima setelah WS Rendra, Putu Wijaya, Nano Riantiarno dan Slamet Rahardjo.

Penulis prosa berdarah Minang ini adalah salah satu seniman yang konsisten berkarya hingga hari tuanya. Wisran pernah menulis kumpulan naskah drama berjudul Empat Orang Melayu berisi empat naskah drama ?Senandung Semenanjung?, ?Dara Jingga?, ?Gading Cempaka?, dan ?Cindua Mato? (yang membuatnya mendapat penghargaan South East Asia (SEA) Write Award 2000.

Novelnya yang pernah dibukukan antara lain berjudul Tamu, Imam, Empat Sandiwara Orang Melayu, dan Simpang. Cerpen-cerpennya kerap dipublikasikan di media cetak dan dibukukan penerbit Malaysia berjudul Daun-daun Mahoni Gugur Lagi.

Tamatan Akademi Seni Rupa Indonesia (kini Institut Seni Indonesia) Yogyakarta tersebut, 12 naskah dramanya pernah memenangkan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Indonesia yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dari 1976 hingga 1998.

Wisran juga mengikuti International Writing Program di Iowa University, Iowa, Amerika Serikat pada tahun 1977 dan pernah mengikuti observasi teater modern Amerika pada tahun 1978 dan teater Jepang pada tahun 1987.

Dia juga pernah mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud karena karya buku dramanya Jalan Lurus mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud dan dijadikan buku drama terbaik pada Pertemuan Sastrawan Nusantara 1997.

Wisran merupakan anak ketiga dari tiga belas bersaudara. Ia dibesarkan dalam lingkungan pendidikan agama Islam yang taat. Ayahnya, H. Darwas Idris, adalah seorang Imam Besar Masjid Muhammadiyah Padang dan juga seorang ahli tafsir terkemuka di Indonesia.

Istrinya, Upita Agustina, juga seorang penyair dan mereka dikaruniai lima orang anak.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2011