Jakarta (ANTARA News) - Operator seluler PT Telkomsel menargetkan 400.000 pelanggan menggunakan Tap Izy layanan e-money yang memungkinkan masyarakat dapat transaksi barang dan jasa hanya mendekatkan ponsel dengan mesin electronic data center (EDC) pada puluhan merchant (mitra dagang).

"Dalam satu tahun pertama sejak diluncurkan kami berharap dapat mengakuisisi sebanyak 400.000 pelanggan pengguna Tap- Izy," kata Vice President Mobile Commerce Telkomsel Bambang Supriyogo, saat peluncuran Tap-Izy Telkomsel, di Jakarta, Rabu.

Bambang menuturkan, Tap-Izy merupakan inovasi produk SIM-Card yang dilengkapi dengan teknologi Radio Frekuensi Identification (RFID) pengembangan dari layanan mobile wallet Telkomsel (T-Cash).

Untuk tahap awal Tap-Izy menggandeng mitra yaitu Indomaret, Starmart, Solaria, Disc Tarra, dan dalam waktu dekat dengan 7-Eleven, Circle K dan PT Kereta Api Indonesia untuk pembelian tiket KRL Commuter line.

"Saat ini layanan Tap-Izy baru dioperasikan di Jabotabek, namun nantinya setalah hadir di seluruh wilayah Indonesia kami menargetkan jumlah merchant yang menjadi mitra akan mencapai 500 merchant," kata Bambang.

Untuk dapat menggunakan layanan ini pelanggan kartu Halo dan Simpati harus terlebih dulu mengganti SIM Card dengan SIM Card yang dilengkapi fitur Tap-Izy di Grapari, gerai Indomaret dan 7-Eleven.

Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno menuturkan layanan Tap-Izy merupakan langkah nyata Telkomsel mendukung pemerintah dalam meningkatkan transaksi non tunai (cash less) dan mewujudkan less cash society di Indonesia.

"Kami mengundang sebanyak mungkin mitra untuk dapat mengaplikasikan teknologi yang memudahkan pelayanan kepada masyarakat," kata Sarwoto.


Dorong Penggunaan

Sementara itu, Kepala Biro Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Aribowo menuturkan pemerintah mendorong peningkatan pengunaan uang digital di Indonesia.

"Tidak hanya bank sebagai penerbit e-money, tapi kami juga melihat layanan e-money non-bank seperti operator telekomunikasi juga terus berkembang," kata Aribowo.

Menurut catatan BI, hingga Mei 2011 jumlah pengguna uang digital mencapai sekitar 10 juta orang, meningkat 154 persen dibanding sekitar 4 juta pada periode sama 2010.

Adapun jumlah transaksi mencapai 7,9 juta dengan nilai sekitar Rp176 miliar.

Jumlah mesin EDC naik dari 26.00 menjadi sekitar 44.000 dengan jumlah merchant dari 4.000 menjadi 6.000 merchant.

Para pemain di produk ini terdiri atas bank dan operator telekomunikasi, seperti Bank DKI dengan JakCard, BCA (Flazz Card), atau Bank BNI dengan Kartuku.

Sementara dari operator ada Telkomsel (T-Cash), Telkom (FlexyCash dan i-vas card), Indosat (Dompetku), dan XL Axiata (XL Tunai).

BI menetapkan batas maksimum nilai uang digital yang tersimpan yakni un-registered maksimal Rp1 juta, sedangkan teregistrasi maksimal Rp5 juta.

Adapun total nilai transaksi dalam periode tertentu adalah Rp20 juta per bulan untuk pembayaran, transfer, dan transaksi lainnya.

Dalam rangka penerapan manajemen risiko, penerbit e-money non bank (operator) wajib menempatkan dana float dalam bentuk aset yang aman dan likuid untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang dan pedagang tepat waktu atau tidak dapat digunakan untuk pembiayaan operasional penerbit.

Menurut Aribowo transaksi e-money melalui bank masih jauh lebih tinggi dibandingkan transaksi non-bank.

"Transaksi e-money operator masih memiliki keterbatasan dalam top-up karena jumlah Grapari masih terbatas, dan transaksi menggunakan teknologi ponsel masih cenderung lebih lama karena harus mengecek terlebih dahulu saldo yang ada, sementara e-money perbankan lebih cepat dan pengisian saldo bisa melalui mesin-mesin ATM," katanya.(*)
(T.R017/A026)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011