Tripoli (ANTARA News) - Dua ledakan kuat mengguncang ibu kota Libya, Tripoli, pada Jumat malam, kata wartawan AFP Sabtu, di tengah tekanan pemberontak terhadap benteng pertahanan pemimpin Libya Muamar Gaddafi.

Suara ledakan itu terdengar pada sekitar pukul 23:15 GMT, Jumat, tapi lokasinya tidak jelas.

Sebelumnya, orang kuat yang diperangi itu mengatakan bahwa rezimnya tidak akan jatuh walaupun terus digempur pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"NATO salah jika berpikir dapat menggulingkan rezim negara ini," kata Gaddafi kepada ribuan pendukungnya di kota Sabha, sekitar 750 kilometer (450 mil) di selatan Tripoli, dalam sebuah pesan audio.

"Satu-satunya pilihan kita adalah melakukan perlawanan: kita berada di tanah kita sendiri dan tidak takut mesin perang kalian," katanya kepada para pendukungnya di gurun benteng kelompoknya, dan menujukan pernyataan itu langsung kepada NATO.

Dua hari sebelumnya, NATO telah melancarkan serangan udara terhadap sebuah depot bahan bakar di kota Brega di Libya timur yang mereka katakan digunakan untuk memasok bahan bakar pasukan yang setia pada pemimpin Muamar Gaddafi.

"Pesawat NATO telah menghantam perlengkapan pengisian bahan bakar militer untuk meniadakan akses pasukan pro-Gaddafi ke bahan bakar di daerah Brega," kata NATO dalam pernyataannya.

Serangan itu dilakukan setelah pengamatan lama pada tempat yang diadakan untuk digunakan memberi bahan bakar pada kendaraan militer dan peralatan yang digunakan dalam serangan terhadap warga sipil, menurut aliansi itu.

"Serangan teliti itu akan membatasi kemampuan pasukan pro-Gaddafi untuk mengancam warga sipil Libya dan mengurangi secara signifikan dukungan logistik pada operasi Gaddafi di Libya timur," kata komandan NATO Letnan Jendral Charles Bouchard.

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen sebelumnya menyatakan, bahwa serangan udara aliansi itu telah merusak atau menghancurkan lebih dari 2.700 sasaran militer sejak 31 Maret lalu, termasuk 600 tank dan artileri serta 800 tempat peyimpanan amunisi. (AK/C003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011