Bangkok (ANTARA News) - PM Thailand Thaksin Shinawatra hari Rabu menolak tawaran pembicaraan damai tentang wilayah selatan Thailand yang bergejolak, ketika seorang pria muslim menjadi korban tewas terakhir di propinsi selatan negeri itu. "Saya tidak tahu (tentang tawaran itu) dan pemerintah saya tidak mempunyai kebijakan untuk melakukan pembicaraan seperti itu," kata Thaksin kepada para wartawan di Bangkok ketika ditanya apakah pemerintahnya akan menerima seruan bagi perundingan dengan kelompok pembangkang. Thaksin menanggapi tawaran itu lewat wawancara media di Swedia hari Senin. Tawaran itu diajukan oleh seorang pria yang mengaku sebagai ketua kebijakan luar negeri kelompok pembangkang, Organisasi Pembebasan Patani Bersatu atau PULO. "Saya tidak pernah mendengar nama kelompok itu," ujar Thaksin, dan menambahkan bahwa Bangkok akan tetap menghadapi kerusuhan lewat penekanan dan penangkapan anggota kelompok tersebut. Komandan Tertinggi Militer Thailand Reangroy Mahasaranont menekankan bahwa pihaknya tidak akan berunding dengan kelompok tersebut. "Saya pikir, tidak mungkin pemerintahan Thailand mempunyai kebijakan untuk mengadakan pembicaraan dengan kelompok seperti itu," kata Reangroj seperti dikutip saluran televisi setempat hari Rabu. Sikap kelompok itu muncul setelah seorang pegawai pemerintah yang beragama Islam dibunuh di depan rumahnya di pronpisi selatan negeri itu oleh tersangka kelompok Islam, kata polisi. Bahem Kalem (35) ditembak beberapa kali dan tewas seketika di propinsi Pattani Selasa malam, kata polisi. "Kami telah mengeluarkan surat penangkapan terhadap satu tersangka yang terlibat dalam kasus ini," namun tidak melakukan penangkapan, kata Kolonel Thawal Nakhonthrawong, superintenden polisi distrik Nong Chik, kepada kantor berita AFP. Lebih dari 1.000 orang tewas sejak kelompok pembangkang melancarkan serbuan 4 Januari 2004 terhadap gudang senjata di propinsi Narathiwat, yeng berbatasan dengan Malaysia.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006