Jakarta (ANTARA News) - Penerbangan haji PT Garuda Indonesia pada fase pemulangan hingga hari ke-10 mulai normal dan tercatat 36.774 jemaah dari 97 kloter di tujuh embarkasi telah tiba di tanah air. "Kedatangan haji Garuda sudah mulai normal setelah beberapa hari sebelumnya mengalami keterlambatan," kata Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda, Pujobroto dalam siaran pers, di Jakarta, Rabu. Jumlah sebesar itu, kata Pujobroto, sekitar 34,5% dari total jemaah haji yang diterbangkan Garuda pada fase I(keberangkatan) sebanyak 104.489 jemaah (280 kloter). Rinciannya adalah debarkasi Jakarta 9.511 jemaah (21 kloter), Medan 4.968 jemaah (11 kloter), Banda Aceh 3.225 (10 kloter), Makassar 6.463 jemaah (16 kloter), Balikpapan 2.257 jemaah (7 kloter), Banjarmasin 2.258 jemaah (8 kloter) dan Solo 8.092 jemaah (24 kloter). Tentang keterlambatan pada beberapa hari sebelumnya, Pujobroto menegaskan hal itu lebih banyak disebabkan faktor non-teknis seperti kepadatan bandara, tingginya trafik, terbatasnya jumlah gate dan lain-lain. Keterlambatan karena faktor teknis (aspek pesawat) hanya sebesar 3,09 persen atau hanya dua penerbangan. Sedangkan Keterlambatan penerbangan karena faktor non-teknis, utamanya disebabkan oleh keterbatasan "gate" atau pintu keberangkatan di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah yang mencapai 47,4 persen. Pujobroto mengakui, hal itu sudah hampir setiap tahun terjadi, khususnya saat pemulangan yakni pada satu hingga sepuluh hari pertama yang terutama juga akibat ketidakseimbangan antara jumlah penerbangan yang ada dan ketersediaan gate di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. "Saat itu, kepadatan lalu-lintas (kongesti) di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah sangat tinggi. Pesawat yang take off-landing per hari bisa mencapai 210 penerbangan per hari," katanya. Sementara, Bandara King Abdul Aziz, sampai saat ini Bandara King Abdul Aziz hanya memiliki 12 gate, yang sebenarnya hanya mampu menampung sekitar 96 penerbangan per hari. "Dua (gate 10 dan 11) diantaranya, tahun ini sudah dialokasikan untuk Saudi Airlines sehingga maskapai lain terpaksa memperebutkan 10 gate lainnya. Padahal, jemaah haji Indonesia terbesar di dunia," kata Pujobroto. Selain itu, kepadatan lalu-lintas udara yang tinggi tersebut menyebabkan proses "boarding jemaah ke pesawat menjadi terganggu, apalagi pelaksanaan "sweeping" bagasi jemaah tak lagi diperkenankan di area cek in bagasi tetapi di pintu pesawat," katanya. Pelaksanaan sweepingnya membutuhkan waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam per pesawat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006