Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah tokoh nasional baik formal maupun informal satu-persatu mulai berdatangan memenuhi rumah duka di Jalan Senopati nomor 44/B, Jakarta Selatan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mantan Wapres Sudharmono, yang meninggal pada usia 79 tahun, Rabu malam. Deretan bunga tanda duka cita memenuhi halaman rumah di Jalan Senopati yang kini dijaga oleh polisi dan pihak TNI, diantaranya dari mantan Presiden HM Soeharto, dari Partai Golkar dan sejumlah organisasi lain maupun pribadi. Di dalam ruangan sudah berkumpul mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga, mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman, Wakil Ketua KPK Erry Hardjapamekas, mantan Kepala BIN AM Hendropiyono, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita dan wakilnya Sarwono Kusumaatmadja serta sejumlah tokoh lain. Di dalam rumah duka juga terlihat adanya persiapan untuk menyemayamkan jenazah, diantaranya dengan menyusun sejenis dipan yang akan digunakan untuk membaringkan jenazah mantan Ketua Umum Golkar itu. Hingga saat ini Jenazah Sudharmono masih di Rumah Sakit MMC, dimana istrinya Ratu Emma Norma dan ketiga anak serta para menantunya berkumpul di sana. Menurut Sekretaris Pribadi Sudharmono, Abidin rencananya jenazah akan dimakamkan secara militer di TMP Kalibata, Jakarta, Kamis (26/1) dan bertindak sebagai inspektur upacara adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sementara pelepasan jenazah dari pihak keluarga ke negara akan diterimakan Menkopolhukam Widodo Adi Sucipto. Pemakaman akan dilaksanakan sebelum shalat Zuhur, menurut rencana malam ini mantan Presiden Soeharto kabarnya akan melayat ke rumah duka namun kepastian waktunya belum diketahui. Sudharmono lahir di Gresik, Jawa Timur, 12 Maret 1927 dan pada tahun 1951 menikah dengan seorang perempuan Ratu Emma Norma. Dia meninggalkan tiga orang anak Sri Adyanti (lahir 1952), Sri Aryani (Maret 1955) dan Tantyo Aji Pramudyo (lahir 1957). Riwayat pendidikan Sudharmono, adalah HIS Rembang, SMP Semarang (sampai kelas III masuk TKR), SMP 2 Purwodadi, SMT Salatiga jurusan Paspal, Sekolah Opsir Tjadangan selama 6 bulan (1946), SMA Peralihan Magelang, SMAN Bandung (lulus, 1952), SMA DPPKAD (Dinas Penyempurnaan dan Ketrampilan Angkatan Darat) Bandung (lulus, 1952) , Akademi Hukum Militer Jakarta (Sm Hk, 1952-1956), Perguruan Tinggi Hukum Militer (SH, 1962), Sekolah Perwira Cadangan, Kursus Perwira Lanjutan Dua (Kupalda), Seskoad dan Komandan Pasukan (unit) "T" Divisi Ronggolawe (1945-1949). Sedang riwayat pekerjaan adalah perwira staf Pusdik Perwira AD (P3AD) Bandung (1950-1952), Jaksa Tentara merangkap perwira staf penguasa perang pusat/Ispektorat Hukum AD Medan (1957-1961), Jaksa Tentara Tinggi/Jaksa pengganti merangkap perwira staf penguasa perang tertinggi (Peperti)/Inspektorat Hukum AD (1962-1966), Asisten bidang sosial sekretaris pembantu pimpinan revolusi (MPPR) tahun 1963-1966, Wakil Ketua II Gabungan 5 Koti/ Kogam (1963-1966), Ketua Tim Penertiban Personil Pusat (1962-1966), Sekretaris Kabinet merangkap Sekretaris Dewan Stabilitasi Ekonomi (1966-6 April 1972), Menteri Sekretaris Negara (1973 sampai 28April 1988), Ketua Umum DPP Golkar (25 Oktober 1983-25 Oktober 1988), Wakil Presiden RI (11 Maret 1988-11 Maret 1993) dan Ketua Tim P7 (15 Desember 1993). Sudharmono terlahir sebagai anak bungsu pasangan Soepijo Wirodiredjo dan Raden Nganten Sukarsi. (*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006