Baghdad (ANTARA News) - Ledakan-ledakan bom mobil dan bom rakitan menewaskan sedikitnya lima orang dan mencederai 23 di Baghdad dan Irak selatan, Jumat, kata beberapa pejabat keamanan.

Tiga peziarah Syiah termasuk diantara korban yang tewas, kata mereka.

"Ledakan bom mobil menewaskan tiga orang dan mencederai 20 di sebuah terminal bis sebelah utara Karbala," kota suci Syiah di Irak selatan, kata Jendral Othman al-Ghanimi, pejabat yang bertanggung jawab atas masalah keamanan di kawasan itu, lapor AFP.

Dr Nazeer al-Rubayee di Rumah Sakit Al-Hussein Karbala mengkonfirmasi jumlah korban dan mengatakan, sejumlah wanita termasuk diantara mereka yang cedera.

Di distrik Dura di Baghdad selatan, satu orang tewas dan tiga lain cedera dalam ledakan bom rakitan, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Di penjuru lain di distrik yang sama, ledakan selepas Kamis tengah malam menewaskan satu orang di sebuah rumah dimana polisi kemudian menemukan beberapa bom rakitan dan senapan yang dipasangi peredam suara.

Ledakan-ledakan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011