Tokyo (ANTARA News) - Jepang merayakan kegembiraan mereka ketika tim sepak bola puteri mereka tampil sebagai juara Piala Dunia Puteri di Jerman, dengan menyebutkan kemenangan pada adu penalti itu merupakan "mimpi jadi kenyataan."

Para pendukung mereka menyaksikan kemenangan adu penalti 3-1 atas juara dunia dua kali Amerika Serikat melalui tayangan langsung televisi di rumah, di bar dan tempat umum di berbagai tempat di negara itu.

Banyak pendukung tim itu yang mengenakan kaos biru seperti yang digunakan pemain tim mereka, berkumpul di jalanan di Shibuya, pusat kehidupan malam di Tokyo, sembari berteriak-teriak "Nippon...Nippon."

"Nadeshiko, nomor satu dunia," merupakan berita utama pada edisi ekstra koran berpengaruh di Jepang, Asahi Shimbun dan media dengan sirkulasi terbesar Yomiuri Shimbun.

Nadeshiko adalah bunga berwarna pink melambangkan keindahan dan kelembutan wanita, yang mampu menjadi pembunuh tim raksasa pada perjalanan pertama mereka ke final turnamen dunia itu.

Di salah satu bar di Shubuya, para pendukung serentak bersorak ketika pemain bertahan Saki Kumagai mencetak gol kemenangan setelah pada perpanjangan waktu kedudukan tetap bertahan 2-2.

"Para pemain kami bekerja keras dan tidak pernah menyerah," kata seorang karyawan berusia 26 tahun, Kanda Mizuno, kepada kantor berita Jiji Press, "Mereka memberi semangat dan keberanian pada saya."

"Ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan bagi Nadeshiko Jepang. Mereka mengalahkan Amerika Serikat untuk pertama kalinya... Nadeshiko menang dan berdiri di puncak sepak bola dunia puteri," kata pembawa acara televisi Fuji dalam liputan langsung.

"Mereka bertanding dengan sabar dan dengan sabar mendapatkan kemenangan mereka," katanya.

"Semua berakhir dengan senyum di wajah para Nadeshiko," kata penyiar NHK, dengan menyatakan negara amat bangga dengan kemenangan pertama itu, sejak tim itu dibentuk 30 tahun lalu.

Kemenangan dalam turnamen Piala Dunia Puteri itu bagi bangsa Asia, merupakan kebangkitan semangat tinggi, bagi semua orang yang sedang membangun kehidupan setelah terjadi bencana gempa bumi dan tsunami di negara itu pada 11 Maret lalu, kata penyiar itu.

"Mereka membangun semangat bagi para korban gempa bumi untuk membangun lebih cepat dan bersemangat," katanya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2011