Jakarta, (ANTARA News) - Mantan Direktur Forest Watch Indonesia (FWI), EG Togu Manurung, mengatakan luas hutan di Pulau Jawa saat ini terus menurun dan terbuka peluang terjadinya musibah bencana alam baik tanah longsor maupun banjir bandang. "Saat ini luas hutan di Pulau Jawa yang tersisa hanya sekitar sebelas persen dari total luas Pulau Jawa 13 juta hektar," katanya dalam acara `Diskusi Perusakan Lingkungan dan Bencana Alam: Ancaman Laten Manusia Indonesia`, di Habibie Centre, Jakarta, Kamis (26/1). Togu Manurung menambahkan penurunan luas hutan di Pulau Jawa tersebut berlangsung cukup cepat karena pada tahun 2000 lalu luas hutan yang ada masih sekitar 22,3 persen dari total luas Pulau Jawa 13 juta hektar. Menurut dia, kondisi hutan di Pulau Jawa tersebut dirasakan semakin kritis sejak Reformasi pada tahun 1998 lalu, seiring banyaknya aksi penjarahan. "Delapan puluh lima persen pengelolaan hutan di Pulau Jawa itu sendiri dilakukan oleh Perhutani," katanya dan menyebutkan bahwa faktor lain penyebab menurunnya luas hutan di Pulau Jawa adalah tingkat kepadatan penduduk. Di samping itu, Togu Manurung juga mengatakan kondisi kerusakan hutan demikian dialami pula di wilayah Indonesia lainnya, akibat terjadinya aksi pembalakan liar. "Dari praktik illegal logging tersebut Indonesia kehilangan 50 juta meter kubik pohon/tahun, yang termasuk dengan adanya aksi penyelundupan kayu ke Malaysia dan Singapura," katanya. Bahkan total kerugian yang dialami negara sendiri, mencapai angka empat miliar dolar Amerika Serikat di luar nilai kerugian dari sektor lingkungan. Ia mengatakan yang paling bersalah dengan maraknya aksi praktik pembalakan liar tersebut adalah pemerintah karena selama ini mendiamkan terjadinya pembalakan liar yang didukung oleh oknum TNI dan polisi. Bahkan, lanjut dia, praktik pembalakan liar tersebut sudah dilakukan di seluruh kawasan konservasi yang ada di tanah air. "Dampak dari maraknya aksi perusakan kawasan hutan itu, setiap musim hujan akan terjadi musibah tanah longsor dan banjir bandang, sebaliknya pada musim kemarau terjadi kebakaran dan kekeringan," katanya. Selain itu, ia mengatakan musibah bencana alam di Pulau Jawa sendiri sudah dimulai sejak awal memasuki tahun 2006, dengan terjadinya musibah banjir bandang di Jember, Jawa Timur, tanah longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah serta banjir bandang di Nusa Tenggara Barat (NTB).(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006