Bengaluru (ANTARA) - Harga emas melemah di perdagangan Asia pada Kamis sore, berada di bawah tertinggi satu minggu sesi sebelumnya karena dolar AS kembali menguat menjelang pertemuan bank sentral di Inggris dan Eropa, ketika ekonomi mereka bergulat dengan meluasnya risiko inflasi.

Di pasar spot, harga emas merosot 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.803 dolar AS per ounce pada pukul 07.53 GMT, setelah mencapai 1.810,86 dolar AS di sesi sebelumnya, tertinggi sejak 27 Januari. Emas berjangka AS juga tergelincir 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 1.804,90 dolar AS per ounce.

"Ekspektasi suku bunga adalah pendorong utama emas saat ini," kata analis IG Markets Kyle Rodda.

"Ada beberapa penangguhan hukuman untuk emas dalam beberapa hari terakhir dari komentar dari beberapa pembicara Fed, yang telah meredam beberapa kekhawatiran pengetatan agresif."

Sementara Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Maret, pembuat kebijakan berbicara dengan hati-hati minggu ini tentang apa yang mungkin terjadi, mengingat prospek inflasi yang tidak pasti, karena pandemi menghantam aktivitas bisnis.

Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi bisa melihat permintaannya terpukul oleh suku bunga yang lebih tinggi sebagai aset yang tidak membayar bunga.

"Inflasi yang meningkat mendorong suku bunga riil lebih jauh ke wilayah negatif, ini secara luas melindungi penurunan emas dalam jangka pendek," tulis ANZ dalam sebuah catatan.

Pasar memperkirakan Bank Sentral Inggris (BoE) akan menaikkan suku bunga lagi dan memberi sinyal pelonggaran lebih lanjut dari stimulus pandemi di kemudian hari, sementara Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertahankan kebijakan tidak berubah tetapi mengakui lonjakan inflasi.

Indeks dolar menguat terhadap para pesaingnya, membatasi permintaan untuk emas yang dihargakan dengan greenback di antara pembeli yang memegang mata uang lainnya.

"Saat ini ada korelasi yang sangat tinggi antara pergerakan dolar AS dan arah harga emas dengan sedikit hal lain yang mempengaruhi harga selama beberapa sesi perdagangan terakhir," kata Michael Langford, direktur penasihat perusahaan AirGuide, yang memperkirakan emas akan terus di kisaran ketat sekitar 1.800 dolar AS per ounce.

Baca juga: Rupiah Kamis sore melemah, tertekan eskalasi kasus positif COVID-19
Baca juga: Dolar hentikan penurunan di sesi Asia jelang pertemuan BoE dan ECB
Baca juga: Harga minyak turun di Asia saat OPEC+ tetap pada rencana produksinya

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2022