Pontianak (ANTARA News) - Dari gerbang perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat dengan mengarahkan mobil ke kiri saat di jalan bercabang di pintu perbatasan Sarawak Malaysia, sejauh sekitar satu kilometer akan ditemukan dengan mudah pelabuhan darat milik negeri tetangga.

Dalam pandangan mata tampak kesibukan arus masuk dan ke luar kendaraan tronton dan truk, baik berpelat nomor Sarawak maupun Kalbar, di lahan yang terhampar secara rapi seluas sekitar 25 hektare, yang disebutnya dengan nama Tebedu Inland Port (TIP) itu.

"Kendaraan dari Malaysia pada umumnya tronton untuk bongkar muatan, sedang dari Indonesia, truk yang datang ke sini melakukan `transhipment` (langsir)," kata Manajer Operasi SM Inland Port Sdn Bhd Yusmin Zuhairi saat ditemui ANTARA di Tebedu Sarawak.

Pelabuhan darat yang dikelola perusahaan SM Inland Port ini baru beroperasi secara resmi pada 1 Mei 2011, setelah menerima penunjukan dari pemerintah negara bagian Sarawak yang sudah lama sebelumnya pada tahun 2004.

Menurut Yusmin, butuh waktu lama untuk bisa membangun dan akhirnya bisa mengoperasikan pelabuhan darat ini karena harus melewati permasalahan berbagai sektor, seperti ekonomi, kewilayahan dan kebijakan dua negara yang saling bertetangga ini.

"Bagi kita, pelabuhan darat ini sesungguhnya bisa meningkatkan hubungan dua negara , Malaysia dan Indonesia, yang sama-sama aktif dalam kerja sama BIMP-EAGA (Area Pertumbuhan ASEAN Timur - Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina)," katanya.

Atau secara khusus, pembangunan di Tebedu itu untuk makin meningkatkan hubungan antara Malaysia dan Indonesia dalam kerja sama Sosial-Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo).

Sementara itu Manajer Marketing SM Inland Port Sdn Bhd Mohd Azhar Bin Ramli mengemukakan bahwa perkembangan pelabuhan darat ke depannya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan dua negara ini, secara khusus sekitar Tebedu dan sekitar Entikong.

Bahkan, lanjutnya, dengan adanya rencana di Entikong akan dibangun pelabuhan darat "dry port" pada tahun ini, sesungguhnya hal itu patut disambut baik, karena hal itu akan semakin mendorong roda perekonomian di wilayah perbatasan.

"Bagaimana mekanismenya agar harmoni dan saling menguntungkan kedua belah pihak, kita bisa diskusikan bersama atau dibahas dalam rangkaian Sosek Malindo yang akan datang yang direncanakan Oktober," kata Mohd Azhar.


Efisien dan Legal

Pelabuhan darat walau masih berumur dua bulan lebih, sudah terasakan manfaatnya bagi penggunanya, khususnya para sopir dan kru angkutan darat truk atau tronton.

"Dengan adanya `port` ini truk saya bisa langsir tiga atau empat kali. Berbeda dengan sebelumnya, setiap mau langsir truk ini harus sampai Kuching atau kota lainnya, sehingga paling banyak kita hanya dua kali langsir. Selain itu waktunya juga boros di jalan," kata Gusti Hanafi, seorang sopir truk angkutan dari Perusahaan SBG asal Sanggau yang akan membawa muatan furnitur.

Menurut Hanafi, dengan lebih banyak langsir berarti kerjaannya lebih efisien dan dirinya bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak dari sebelumnya.

Sementara untuk bisa masuk ke pelabuhan darat Tebedu ini ia hanya diminta mengurus kartu pengenal, yang pengurusannya sekitar satu jam selesai, tanpa ada pungutan biaya.

Hal senada diungkapkan Udin, seorang sopir truk yang sedang memindahkan muatan gula pasir dari truk tronton milik perusahaan Malaysia.

"Kalau di sini lebih aman dan kegiatannya dijamin legal. Itu yang membuat kita para sopir menjadi senang dan tidak was-was terhadap pihak keamanan, baik petugas keamanan dari Malaysia maupun Indonesia," katanya.

Sebelumnya Udin yang mengaku asli daerah Entikong ini sering agak was-was setiap mendapat suruhan mengangkut bawaan dari Malaysia, karena khawatir barang bawaannya melanggar hukum atau ilegal, sementara dirinya yang sebagai sopir sebenarnya tidak pernah diberi tahu isi angkutannya secara lengkap dan detil.

Ia mengatakan, sebelum ini dirinya kalau melangsir barang biasanya di pasar Tebedu, yang sering semrawut dan tidak ada jaminan barangnya adalah legal dan lengkap perizinannya.

"Yang lebih menyenangkan, penghasilan bisa naik, karena dari dulunya hanya dua kali langsir per hari, kini bisa 3-4 kali langsir per hari," kata Udin yang sering membawa muatan gula dan sayuran untuk dibawa di sekitar Sanggau.

Menurut Manajer Operasi pelabuhan darat Tebedu, Yusmin Zuhairi, faktor keamanan dan aspek legal menjadi perhatian utama pihaknya. Karena itu di pelabuhan darat ini juga diberikan keamanan selama 24 jam setiap harinya tanpa ada hari libur, juga layanan lengkap satu atap untuk perizinan, baik imigrasi, bea cukai, perizinan khusus kayu dari STIDC (Sarawak Timber Industry Development Corporation).

TIP juga menyediakan gudang yang luasnya 16.900 kaki persegi dengan armada lima pengangkut barang "forklift".

Saat ini di TIP yang sudah diterapkan adalah bongkat muatan untuk langsung dibawa ke Kalbar atau bongkar muatan dari Sarawak yang disimpan di gudang, sebelum masuk ke Kalbar. "Semua kegiatannya kita gunakan dengan sistem online. Dan untuk menggunakan sistem online ini gratis," kata Yusmin.

Selama ini arus bongkar muat dari truk tronton di pelabuhan darat ini membawa sekitar 350 hingga 440 kontainer. Pada April tercatat sekitar 350 kontainer, Mei meningkat menjadi 417 kontainer dan Juni meningkat lagi menjadi 440 kontainer. Sebaliknya dari Indonesia, truk yang masuk untuk menerima barang baru sekitar 30 truk setiap bulannya.

"Dalam satu waktu, daya tampung pelabuhan darat ini bisa 120 kontainer atau sekitar 3.500 ton. Ini masih bisa dikembangkan, kalau daya tampung dalam perkembangannya kurang. Kita siap meluaskannya, karena bangunan sekarang amsih tahap pertama," kata Manajer Operasi SM Inland Port.

Bahkan, lanjutnya, bila TIP berkembang akan dibangun kawasan perumahan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan yang bisa dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan di kedua negara.(*)
(T.Z004/Z002)

Oleh Zaenal Abidin
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011