Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) mengatakan belum merekomendasikan pemberian vaksin penguat (booster) kedua COVID-19 karena belum ada cukup bukti untuk mendukung rekomendasi tersebut. 

"Saat ini, tidak ada bukti yang cukup dari uji klinis atau bukti nyata yang dapat mendukung rekomendasi kami untuk populasi umum," ujar Marco Cavaleri, kepala Kantor Ancaman Kesehatan Biologis dan Strategi Vaksin EMA pada Kamis (3/2).

Dalam konferensi pers, Cavaleri menekankan pentingnya melanjutkan kampanye vaksinasi, termasuk pemberian vaksin booster pertama, yang menawarkan perlindungan tingkat tinggi terhadap virus COVID-19.
 
Foto yang diabadikan pada 12 Maret 2021 ini menunjukkan vaksin COVID-19 AstraZeneca/Oxford di sebuah rumah sakit di Provinsi Caceres, Spanyol. (Xinhua/Gustavo Valiente)Foto yang diabadikan pada 12 Maret 2021 ini menunjukkan vaksin COVID-19 AstraZeneca/Oxford di sebuah rumah sakit di Provinsi Caceres, Spanyol. (Xinhua/Gustavo Valiente)


Ia menyoroti kemunculan sejumlah subvarian baru Omicron, misalnya yang disebut dengan varian BA.2, yang menyebar di banyak negara.

Masih terlalu dini untuk mengatakan sejauh mana varian ini berbeda dari Omicron dalam hal penularan dan penghindaran kekebalan, tetapi tetap merupakan galur (strain) yang berkaitan erat dengan Omicron.

"EMA akan mendukung setiap permintaan persetujuan untuk vaksin COVID-19 yang ditingkatkan, yang hanya menarget varian baru Omicron," katanya.

Lebih lanjut Cavaleri mengatakan lembaga tersebut tengah mempertimbangkan permintaan untuk memperluas penggunaan vaksin booster Pfizer/BioNTech untuk warga berusia 16-17 tahun. EMA juga memperkirakan akan menerima permintaan serupa untuk penggunaannya pada kelompok usia 12-15 tahun. 
 
Foto yang diabadikan pada 12 Maret 2021 ini menunjukkan vaksin COVID-19 AstraZeneca/Oxford di sebuah rumah sakit di Provinsi Caceres, Spanyol. (Xinhua/Gustavo Valiente

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2022