Makhachkala, Dagestan (ANTARA News) - Pasukan keamanan Rusia membunuh tiga orang yang diduga gerilyawan dalam bentrokan di provinsi Dagestan di kawasan Kaukasus Utara, kata pihak berwenang, Minggu.

Salah satu korban tewas adalah Mekhtibek Bashirov, pemimpin kelompok gerilya di kota pesisir Laut Kaspia, Derbent, kata satu sumber keamanan setempat kepada Reuters.

Media Rusia juga menurunkan berita itu dengan mengutip Komite Anti-teror Nasional (NAK).

Dua wanita yang disebut-sebut dilatih sebagai penyerang bom bunuh diri berada di dalam rumah persembunyian militan yang digerebek polisi dan aparat Pasukan Keamanan Federal (FSB) di kota Dagestanskiye Ogni, sebelah selatan ibu kota provinsi itu, Makhachkala, kata kantor berita RIA mengutip pernyataan NAK.

Satu wanita tewas dalam operasi itu dan satu lagi dirawat di rumah sakit dengan luka-luka tembakan setelah menyerah kepada polisi, kata NAK. Seorang juru bicara lokal FSB mengkonfirmasi laporan tersebut.

"Kami tahu pasti bahwa wanita-wanita ini dilatih sebagai penyerang bom bunuh diri," kata juru bicara FSB itu.

Menteri Dalam Negeri Rashid Nurgaliyev mengatakan kepada Interfax, "Operasi hari ini menggagalkan serangan-serangan serius teroris yang mungkin terjadi... Dua wanita penyerang bom bunuh diri dilucuti senjatanya."

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.

Pada 4 Mei, komite anti-teror nasional Rusia mengumumkan, pasukan keamanan membunuh seorang militan utama Al-Qaeda di Chechnya yang mengkoordinir gerilyawan asing di Kaukasus Utara.

Militan yang bernama Doger Sevdet itu adalah seorang warga Turki yang memiliki julukan Abdullah Kurd dan "utusan Al-Qaeda di Kaukasus Utara", kata komite itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor-kantor berita Rusia.

Militan itu tewas pada 3 Mei, dua pekan setelah Rusia membunuh seorang militan penting lain Al-Qaeda, gerilyawan Saudi yang dikenal sebagai Moganned dalam apa yang disebut analis sebagai salah satu keberhasilan keamanan terbesar di kawasan itu selama beberapa tahun ini.

Kematian Sevdet itu juga diumumkan setelah pembunuhan pemimpin global Al-Qaeda Osama bin Laden oleh pasukan AS di Pakistan yang disebut Kremlin sebagai "keberhasilan serius dalam perang melawan terorisme internasional".

Pada 18 April, pasukan keamanan Rusia membunuh seorang pemimpin gerilya muslim yang mendalangi serangan-serangan di Kaukasus Utara dan mengancam Moskow, kata pihak berwenang federal.

Kantor-kantor berita Rusia mengutip Komite Anti-teror Nasional (NAK) yang mengatakan, pasukan keamanan menembak mati Israpil Validzhanov dan tiga rekannya di Dagestan, provinsi sebelah timur Chechnya yang dilanda kekerasan.

Validzhanov adalah wakil utama di Dagestan untuk pemimpin gerilya Kaukaus Utara, Doku Umarov, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di bandara terpadat Moskow pada Januari yang menewaskan 37 orang. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011