Surabaya (ANTARA News) - Badan Urusan Logistik (Bulog) menolak melakukan operasi pasar (OP) gula, meski harga komoditi tersebut di Jawa dan sejumlah daerah di luar Jawa terus menunjukkan kenaikkan. "Buat apa kita lakukan operasi pasar, kita tidak bisa melakukan intervensi di Jawa," kata Direktur Utama Perum Bulog, Widjanarko Puspoyo kepada wartawan di kantor Bulog Divre Jatim di Surabaya, Jumat. Widjanarko mengakui, saat ini tekanan bertubi-tubi datang dari berbagai pihak agar Bulog segera melakukan operasi pasar, khususnya gula, namun karena terbentur surat dari Menteri Perdagangan, yang menyebutkan Bulog tidak boleh mengedarkan gula di Jawa maka OP tidak mungkin dilakukan. Dalam surat Menteri Perdagangan, Bulog hanya diberi kewenangan menangani gula di sebagian daerah di Indonesia Timur dan Sumatera, sedangkan Jawa ditangani oleh PTPN. Dengan surat tersebut, maka Bulog tidak diperkenankan intervensi ke Jawa, meski sekarang harga gula terus naik. "Bulog tidak bisa berbuat apa-apa, dan memang tidak bisa melakukan apapun. Seharusnya tidak perlu ada pengotakan dalam penanganan gula. Sebab, jika ada kasus seperti sekarang dimana harga gula naik, maka Bulog yang dikejar-kejar agar turun tangan," katanya. Soal gula adalah soal nasional, seharusnya tidak perlu ada pembagian wilayah. Padahal Bulog yang memiliki jaringan nasional mampu mengatasinya jika ada masalah. Ditengah ketidakpastian harga gula seperti sekarang, menurut Wijanarko, sudah saatnya dirumuskan adanya harga eceran tertinggi (HET) terhadap gula, sehingga bisa dikendalikan sebagaimana harga gabah. "Dengan naiknya harga gula maka tidak bisa ada yang disalahkan, sanksi juga tidak jelas, kalau sudah begini mau menyalahkan siapa," kilahnya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006