Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia membalikkan kenaikan awal menjadi berakhir melemah pada Selasa, dengan investor saham China gelisah oleh tindakan AS terhadap 33 entitas China, ketika pasar menunggu data inflasi AS yang dapat mempengaruhi seberapa cepat Federal Reserve menaikkan suku bunga.

Investor mewaspadai kenaikan suku bunga baik di zona euro maupun Amerika Serikat setelah Bank Sentral Eropa (ECB) pekan lalu dianggap telah mengadopsi nada yang lebih hawkish.

Indeks Euro Stoxx 50 berjangka melemah dan indeks FTSE berjangka naik tipis 0,1 persen, menunjukkan awal yang beragam untuk ekuitas Eropa.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen menjadi 612,3 setelah naik ke 617,7, tertinggi sejak 25 Januari. Indeks acuan naik hampir 3,0 persen dari level terendah lebih dari satu tahun di 595,99 yang dicapai pada 27 Januari.

"Sebagian besar kekhawatiran investor terfokus pada lima kenaikan Fed yang diperkirakan pasar untuk 2022, dan jika itu tidak cukup untuk menahan inflasi," Seema Shah, kepala strategi di Principal Global Investors, mengatakan dalam sebuah catatan.

"Namun, urgensi Fed untuk mengetatkan akan segera mereda karena tekanan harga ekonomi paling akut mulai memudar. Lebih jauh lagi, sementara pertumbuhan AS kemungkinan telah mencapai puncaknya, resesi tidak akan terjadi," katanya.

Nikkei Jepang naik 0,13 persen, saham Korea naik 0,05 persen dan Taiwan naik 0,7 persen.

Saham China menderita kerugian, dengan indeks CSI300 jatuh 0,55 karena investor resah atas prospek pemerintah AS menambahkan 33 entitas China lagi ke daftar kontrol ekspornya.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,02 persen terbebani oleh kerugian di saham teknologi.

Angka harga konsumen AS untuk Januari akan dirilis pada Kamis (10/2/2022) dan dapat menunjukkan inflasi inti meningkat ke laju tercepat sejak 1982 di 5,9 persen.

"Bank sentral benar-benar terdepan dan pusat dalam narasi semua orang. Kami percaya mereka ingin bersabar," kata analis di MFS Investment Management dalam sebuah laporan.

"Kami yakin mereka menyadari jejak mereka di pasar hari ini, tetapi setidaknya kami dapat mengatakan dengan tegas, bahwa kondisi keuangan akan mengetat pada 2022 dan karena itu kemungkinan lebih kondusif untuk kesalahan."

Indeks S&P 500 berjangka tetap stabil, sementara Nasdaq berjangka naik 0,1 persen di perdagangan Asia.

Indeks saham utama Wall Street berakhir turun pada Senin (7/2/2022) karena pasar mencerna hasil kuartalan yang beragam. "Keuntungan perusahaan adalah yang terkuat dalam beberapa dekade, konsumen didukung oleh penghematan berlebih, dan normalisasi rantai pasokan bertahap akan memberikan dorongan untuk persediaan dan produksi," kata Shah dari Principal Global Investors.

Laporan penggajian Januari AS pada Jumat (4/2/2022) menunjukkan pertumbuhan tahunan rata-rata pendapatan per jam naik menjadi 5,7 persen, dari 4,9 persen, sementara data penggajian untuk bulan-bulan sebelumnya direvisi naik 709.000 secara radikal mengubah tren perekrutan.

Prospek kenaikan membuat pasar obligasi terguncang, dan di Asia obligasi pemerintah dan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang naik, dengan imbal hasil acuan obligasi pemerintah 10-tahun naik sekitar 3 basis poin menjadi 1,9500 persen.

Obligasi Jerman dua tahun mengalami minggu terburuk sejak musim semi 2008 pekan lalu dan penjualan telah diperpanjang pada Senin (7/2/2022), dengan harga obligasi Italia dan Yunani terpukul paling keras.

Di pasar valuta asing, euro turun tipis 0,16 persen menjadi 1,1415 dolar, setelah melonjak 2,7 persen minggu lalu dalam kinerja terbaiknya sejak awal 2020 karena ekspektasi pengetatan. Dolar merayap 0,2 persen lebih tinggi terhadap yen menjadi 115,45.

Harga minyak turun pada Selasa menjelang pembicaraan antara Amerika Serikat dan pejabat Iran, yang dapat mengarah pada penghapusan sanksi AS terhadap penjualan minyak Iran.

Minyak mentah Brent terakhir turun 0,2 persen menjadi 91,1 dolar AS per barel setelah mencapai level tertinggi tujuh tahun di 94 dolar AS pada Senin (7/2/2022). Harga emas spot stabil di level tertinggi 1 minggu di 1.821 dolar As per ounce.

Baca juga: Mata uang Asia datar, baht menguat dipicu pembicaraan "travel buble"
Baca juga: Saham Asia konsolidasikan kenaikan, pasar waspadai suku bunga naik
Baca juga: Arus keluar asing dari ekuitas Asia capai tertinggi 7-bulan di Januari

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022