Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia ditutup jatuh pada Jumat, mencatat hari terburuk mereka dalam dua minggu terseret oleh saham sektor teknologi setelah data inflasi AS memicu spekulasi kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve dan membuat saham Wall Street turun tajam.

Indeks acuan S&P/ASX 200 di Bursa Efek Australia merosot 0,98 persen atau 71,20 poin menjadi menetap di 7.217,30 poin, menghentikan kenaikan tiga hari beruntun dan menandai sesi terburuk sejak 27 Januari. Namun, indeks acuan menguat 1,4 persen untuk minggu ini, yang kedua berturut-turut.

Saham sektor teknologi anjlok 3,8 persen di hari terburuknya dalam lebih dari seminggu, dengan saham Australia Block Inc terjungkal 6,7 persen, sementara Xero Ltd dan WiseTech Global masing-masing terpuruk 4,5 persen dan 3,4 persen.

Saham AS ditutup melemah tajam semalam setelah data harga konsumen lebih kuat dari yang diperkirakan dan komentar dari pejabat Fed menimbulkan kekhawatiran bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi.

Sementara itu, Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe mengatakan suku bunga yang masuk akal bisa naik akhir tahun ini, tetapi ada risiko jika bergerak terlalu dini.

Ada banyak hal negatif dalam ekonomi Australia saat ini, termasuk pembatasan perjalanan untuk penumpang internasional dan masalah inflasi, kata Brad Smoling, direktur pelaksana Smoling Stockbroking.

"Ini adalah pilihan cerdas oleh RBA untuk tidak menaikkan suku bunga sampai kita melihat bagaimana hasilnya," katanya.

Sektor keuangan berakhir 0,5 persen lebih lemah, dengan Commonwealth Bank of Australia memimpin kerugian, jatuh 2,2 persen. Pialang Citi pada Kamis (10/2/2022) memangkas target harga untuk pemberi pinjaman utama negara itu karena kekhawatiran margin.

Namun, Insurance Australia Group terangkat 4,2 persen karena mengalahkan perkiraan laba dan dividen semester pertama.

Sektor pertambangan menguat 0,5 persen, mencapai level tertinggi tiga minggu karena harga bijih besi yang kuat.

Saham industri besar sektor pertambangan Rio Tinto, BHP Group dan Fortescue Metals Group naik antara 1,2 persen dan 2,9 persen.

Indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru anjlok 1,93 persen atau 239,27 persen menjadi berakhir di 12.173,78 poin dalam penurunan tertajam sejak 28 Januari 2021.

Data menunjukkan inflasi jangka pendek negara itu diperkirakan akan meningkat pada kuartal pertama tahun 2022.

Baca juga: Saham Aussie jatuh karena aksi jual teknologi setelah data inflasi AS
Baca juga: Saham Australia berakhir naik di tengah investor amati data inflasi AS
Baca juga: Saham Australia menguat didorong lonjakan laba NAB dan reli teknologi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022