Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa volume perdagangan obligasi ritel di pasar sekunder mencapai Rp300 miliar per hari yang menunjukkan makin likuidnya instrumen investasi tersebut.

"Ada progres baik di mana volume perdagangan per hari mencapai Rp300 miliar," kata Direktur Surat Berharga Negara Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, Bimantara Widyajala di Jakarta, Rabu.

Bimantara menyebutkan, jumlah tersebut memang masih jauh lebih kecil dibanding dengan volume perdagangan surat utang negara konvensional yang mencapai Rp8 triliun per hari.

Sejak penerbitan obligasi negara ritel seri 001 (ORI001) pada tahun 2006 hingga saat ini, jumlah surat utang ritel mencapai Rp72,5 triliun atau meningkat 23 kali lipat dibanding pada 2006.

"Dari jumlah tersebut sebagian sudah ada yang jatuh tempo seperti ORI001 sebesar Rp3,2 triliun," kata Bimantara.

Ia menyebutkan, harga ORI003 hingga 0RI007 saat ini cukup baik dengan harga premium seperti untuk ORI005 yang mencapai 110 persen.

Menurut dia, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat merupakan tempat yang baik untuk pengembangan obligasi ritel.

"Jumlah penduduk kelas menengah akan semakin banyak, ini potensi yang bisa digarap di masa depan," katanya.

Setelah menerbitkan ORI007 pada 2010, pemerintah akan kembali menerbitkan ORI yaitu ORI008 pada Oktober 2011. Pre marketing dilakukan 10 Juni hingga 30 September 2011.

Pemasukan proposal target penjualan agen penjual ORI008 pada 3-4 Oktober 2011, penetapan tingkat kupon oleh Menkeu pada 5 Oktober 2010, masa penawaran 7-21 Oktober 2011, penjatahan 24 Oktober 2011, pencatatan di Bursa Efek Indonesia 27 Oktober 2014.

ORI008 memiliki tenor atau jangka waktu tiga tahun atau jatuh tempo 15 Oktober 2014.(*)

(T. A039/S019)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011