Jakarta (ANTARA) - Ketua LSM Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan mengatakan, pemerintah Indonesia harus siap dalam mengantisipasi masuknya aliran uang panas dari investor luar negeri akibat dari krisis pembicaraan utang di Amerika Serikat.

"Krisis utang AS menyebabkan adanya aliran uang panas dari AS atau negara-negara Eropa ke negara berkembang seperti Indonesia," kata Dani di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, peningkatan aliran uang panas itu merupakan suatu instrumen yang bisa meningkatkan tingkat bahaya bagi perekonomian Indonesia karena sewaktu-waktu juga bisa dapat ditarik dengan cepat.

Ia mengemukakan, bila penarikan uang panas dilakukan secara serentak, maka fenomena tersebut dinilai juga akan membuat fundamental perekonomian Indonesia menjadi semakin rapuh dan labil.

Karenanya, selain memperkuat regulasi, pemerintah juga diminta untuk menyadari bahayanya bila semakin besar dana utang yang disimpan dalam bentuk seperti obligasi dan surat berharga.

Sedangkan mengenai dampak langsung dari peningkatan pagu utang AS terhadap Indonesia, Dani mengatakan dampak dari hal itu dinilai tidak terlalu besar.

"Dampak langsungnya tidak terlalu besar karena yang paling berkepentingan dengan kesepakatan peningkatan pagu utang AS adalah negara-negara seperti China dan Jepang yang memiliki banyak kepemilikan surat berharga dalam bentuk dolar AS," katanya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengumumkan tercapainya kesepakatan untuk mengurangi defisit sekaligus menghindari gagal bayar dengan adanya peningkatan pagu utang dalam anggaran AS. (M040)

Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2011