Kupang (ANTARA News) - Dua perempuan tua berjalan perlahan di hamparan pasir Pantai Lagaloe sambil menatap ke arah Pulau Lembata yang letaknya berseberangan dengan Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Lagaloe adalah sebuah objek wisata pantai di wilayah Kecamatan Ile Boleng di bagian selatan Pulau Adonara. Pantai Lagaloe berpasir hitam itu baru ditetapkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Flores Timur sebagai salah satu objek wisata pantai di selatan Pulau Adonara, selain Pantai Ina Burak dan Pantai Watotena.

Ketika hari libur, pantai-pantai itu menjadi pilihan wisatawan domestik sambil menikmati gemuruh lalu lintas laut berupa kapal-kapal motor yang mengangkut penumpang dari Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur menuju Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, maupun sebaliknya.

Kapal-kapal nelayan dan perahu-perahu kecil hilir mudik mencari ikan di selat sempit antara Lembata dan Adonara sambil menyilih arus Watowoko yang terkenal ganas dan menghanyutkan.

Pantai Lagaloe terasa begitu indah ketika menjelang senja, saat sang surya perlahan menuju ke peraduannya. Hembusan angin pantai menerpa dedauan pohon kelapa di sepanjang pantai membuat nyiur seakan melambai-lambai.

"Pantainya sangat elok, tetapi sayang kurang terawat sehingga onggokan sampah terlihat di mana-mana," komentar Arben Tokan (44), seorang penduduk Desa Oringbele di wilayah Kecamatan Witihama, ketika berkunjung ke lokasi wisata Pantai Lagaloe, pekan lalu.

Selain pantainya yang tidak terawat, fasilitas jalan menuju ke beberapa objek wisata pantai di selatan Pulau Adonara itu juga sangat buruk. Debu-debu ramai berterbangan ketika kendaraan roda empat atau roda enam melintas di trans selatan Pulau Adonara mengintari Gunung Boleng yang membagi Adonara dalam beberapa wilayah kecamatan.

Badan jalan terkelupas dan berlubang di mana-mana. Bagi pengguna sepeda motor, bisa menghindari lubang-lubang jalan tersebut, namun bagi pengendara kendaraan roda empat atau enam, terpaksa harus melintasinya sehingga membuat penumpangnya tidak nyaman.

"Kami harapkan pemerintah Kabupaten Flores Timur di bawah kepemimpinan Yosep Lagadoni Herin dan Valentinus Tukan dapat melihat kondisi jalan di selatan Pulau Adonara untuk segera memperbaiki," kata Paulin Kurouman (37), seorang guru sekolah dasar di Kecamatan Ile Boleng.

Menurut dia, pantai selatan Pulau Adonara bukan hanya memiliki keelokan wisata pantai yang indah, tetapi juga sumber daya pertanian yang sangat menjanjikan seperti jambu mete, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian.


Perlu Perbaikan Jalan
Wilayah selatan Pulau Adonara terkesan sangat terkebelakang karena infrastruktur pendukung seperti jalan kurang mendapat perhatian pembangunan dari pemerintah.

"Kami berharap pemerintah segera memperbaiki tubuh jalan yang berlubang agar bisa dilewati kendaraan dengan nyaman," kata Paulin.

Arben Tokan menyatakan optimistis pemerintah akan segera memperbaiki badan jalan yang berlubang di pantai selatan Pulau Adonara itu, karena di sekitar Pantai Lagaloe itu sedang dibangun sebuah pelabuhan penyeberangan bagi kapal-kapal feri yang datang dari Kupang dan Lewoleba.

"Mobilitas lalu lintas akan semakin meningkat jika pelabuhan penyeberangan di sekitar Pantai Lagaloe itu sudah difungsikan. Kondisi inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar pembangunan pelabuhan feri di wilayah itu, memberi manfaat pula bagi peningkatan ekonomi petani di Pulau Adonara," ujarnya.

Ia menambahkan jika fasilitas jalan diperbaiki, akan membawa dampak yang positif pula bagi pengembangan pariwisata di pantai selatan Pulau Adonara.

Secara keseluruhan, NTT memiliki begitu banyak objek wisata, baik wisata pantai, alam, budaya, religi maupun objek wisata langka dunia seperti biawak raksasa Komodo (varanus commodoensis) di Taman Nasional Komodo di ujung barat Pulau Flores maupun Danau Tiga Warna di Puncak Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Flores, namun belum tertata dengan bagus sebagai sebuah sumber pendapatan daerah.

"Selama objek wisata itu masih ditangani pemerintah daerah maka NTT tetap tidak akan maju-maju di sektor pariwisatanya sekalipun memiliki sejumlah objek wisata langka yang tidak pernah dijumpai di belahan dunia lainnya seperti Komodo dan Danau Tiga Warna di puncak gunung Kelimutu," ujar Arben Tokan.

Tokan yang sudah puluhan tahun mencari nafkah di negeri jiran Malaysia sebagai seorang TKI itu menambahkan, Malaysia cukup maju di bidang pariwisata karena dikelola oleh swasta dan pelaku bisnis di bidang pariwisata.

"Jika sektor pariwisata di NTT ini maju seperti Mataram atau Bali, misalnya, pemerintah harus mengajak dunia usaha untuk menanamkan modalnya di sektor tersebut. Jika tidak, senja yang indah seperti di Pantai Lagaloe itu hanya bisa dinikmati begitu saja, namun tidak bernilai apa-apa bagi masyarakat di sekitarnya," kata Tokan. (L003)

Oleh Laurensius Molan
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2011