Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Stefanus Gusma mengingatkan semua kalangan agar jangan dulu terjebak membicarakan Capres 2014 yang terkesan sengaja dihembus-hembuskan sehingga perhatian pada masalah pokok bangsa diabaikan.

"Kita jangan terjebak dengan pemberitaan tentang calon presiden (Capres) 2014 di media. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah perubahan seluruh tatanan bangsa yang radikal dan tidak bisa ditunda lagi," katanya dalam sebuah diskusi terbatas di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan, banyak hal lebih penting daripada sekedar membahas Sri Mulyani yang notabene saat ini sedang dicitrakan dan ditokohkan, meskipun banyak dugaan negatif melekat pada dirinya, terutama terkait permainan sindikat `neolib` di Indonesia.

Ia lalu menunjuk pada semakin kurang sensitifnya rezim penguasa sekarang atas beberapa persoalan krusial bangsa saat ini.

"Seperti kasus kekerasan di Tanah Papua, kasus pengibaran bendera Malaysia di daerah perbatasan Kalimantan Barat, pembakaran bendera kita di perbatasan Papua Timur, pembakaran gereja-gereja di Riau, melambungnya harga-harga kebutuhan pokok jelang Lebaran," ungkapnya.

Selain itu, ia juga mempersoalkan pemberian hukuman terlalu ringan kepada pelaku kasus pembunuhan di Cikesik, pemblokiran sekolah Yayasan Pioner di Batam karena unsur SARA, protes petani soal impor garam, kemiskinan yang makin akut di mana-mana, hingga ketidakadilan soal tanah.

"Di tataran elite, pemberantasan korupsi, mafia kasus, mafia pajak, mafia Pemilu dan megaskandal Bank Century masih sekedar wacana, karena tak pernah kunjung selesai dengan alasan yang selalu dibuat-buat," ungkapnya.

Karena itu, menurut Stefanus Gusma, yang dibutuhkan sekarang ialah membangun semangat dan kesadaran masyarakat lewat pengungkapkan fakta-fakta kehancuran bangsa.

"Sehingga rakyat semakin kritis, dan ikut bersama dalam upaya perbaikan serta perubahan yang benar-benar dalam kendali rakyat, bukan oleh antek `Neolib` atau mereka yang menjadi agen kepentingan kapitalis asing," tandas Stefanus Gusma.

(M036/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011