Sidoarjo, (ANTARA News) - Proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) seluas 250 hektar di bibir pantai Kabupaten Sidoarjo melalui dana APBN 2004 gagal, karena dari 1,2 juta bibit tanaman tinjang yang ditanam, 800 ribu atau 70 persennya mati. Koordinator Forum Lingkungan Peduli Pesisir, Ali Subhan di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (31/1) menjelaskan, tingginya angka kematian tanaman tinjang ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lahan yang tidak cocok dengan jenis tanaman tersebut. "Kondisi lahannya tidak sesuai, sehingga terkesan program penghijauan lahan bibir pantai itu dipaksakan. Akibatnya, dana negara `hilang` percuma," katanya. Menurut dia, untuk ekosistem lahan pantai, seharusnya yang ditanam di garis terdepan jenis api-api, baru beberapa puluh meter kemudian ditanami bogen, diikuti tinjang dan pohon nipa. Selain itu, lanjut dia, rusaknya lahan hutan pantai, karena gagalnya upaya penghijauan, juga akibat masih rendahnya kepedulian masyarakat sekitar pantai terhadap tanaman pelindung ekosistem laut itu. Data yang dihimpun ANTARA menyebutkan, dari 1.080 hektar lahan hutan mangrov di pantai pesisir Sidoarjo, kerusakan yang diakibatkan penebangan mencapai 720 hektar. Kerusakan terparah berada di pesisir pantai di Kecamatan Sedati (3 desa), yakni Desa Ngisik Cemadi, Banjar Kemuning, dan Kalanganyar. Selain itu, di Kecamatan Jabon, yaitu Desa Kupang, Telocor dan Desa Plumbon, dan di Kecamatan Sidoarjo, tepatnya Desa Kalianak. Ali Subhan juga menyayangkan, meski tingkat kegagalan program penghijauan itu sangat tinggi, ternyata Pemkab Sidoarjo masih mengajukan permintaan yang sama (jenis tanaman) ke pemerintah pusat. "Pemkab semestinya mengajukan jenis tanaman yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan. Bila ini terus dilanjutkan dan penanaman dipaksakan, kegagalan semakin besar, sehingga kerusakan lingkungan pantai kian parah," katanya. Ia menambahkan, bahwa dampak terparah bila kerusakan hutan mangrov itu terus dibiarkan dan tidak ada penanganan serius, Sidoarjo akan selalu dibawah bayang-bayang ancaman banjir akibat permukaan air laut yang semakin meninggi.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006