Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan, orang Islam, khususnya Nahdliyin, harus berusaha menjadi kaya agar bisa melakukan perjuangan memajukan agamanya.

"Tidak mungkin ngomong berjuang, ngomong ngurusi orang kecil tanpa menata perekonomian. Semua butuh biaya," kata Kang Said, sapaan akrab Said Aqil, saat buka puasa bersama dengan Himpunan Pengusaha Nahdlatul Ulama (HPN) di Kantor PBNU, Jakarta, Sabtu.

Kang Said lantas memberikan contoh tokoh-tokoh besar Islam yang memiliki kekayaan berlimpah, yang dalam perkembangannya dimanfaatkan untuk perjuangan memajukan Islam, diantaranya Abu Bakar, Imam Hanafi Abu Hanifah, hingga Syekh Abdul Qodir Al Jaelani.

Menurut dia, Al Quran yang menegaskan uang atau kekayaan adalah kebaikan yang harus dimiliki oleh setiap Muslimin.

"Al Quran menyebut jika kita mati maka tinggalkanlah kebaikan. Salah satu kebaikan itu uang atau kekayaan, agar siapa saja yang kita tinggalkan tidak hidup sengsara," katanya.

Mengenai terbentuknya HPN, Kang Said berharap bisa meningkatkan kesejahteraan warga NU.

Nahdliyin yang mendapatkan amanah menjadi pengusaha, diharapkan bisa berperan meningkatkan Nahdliyin lain sesuai bidang masing-masing.

Meski demikian, dia juga berpesan agar kegiatan perekonomian dilakukan tanpa meninggalkan syariat Islam.

"Yang jadi pengusaha jadilah pengusaha yang jujur. Yang jadi petani jadilah petani sukses yang tidak meninggalkan zakat, agar amanah harta yang kita miliki juga memiliki manfaat untuk sesama," katanya.

Sementara itu Ketua HPN Abul Kholik berharap pendirian organisasi ini mampu meningkatkan kualitas para pengusaha NU dan memperbaiki kelemahan yang ada, diantaranya masalah jejaring.

"Bagaimana kita memberdayakan yang kecil dan membuat nyaman yang besar," katanya.

Saat ini, kata Abul Kholik, sudah ada 30 pengusaha yang bergabung dalam HPN, yang dalam struktur NU bernaung di bawah Lembaga Perekonomian NU.

"Kita ingin memperbaiki ekonomi dan meningkatkan kemampuan bersaing, jangan sampai menengadahkan tangan. Masak dunia usaha hanya dikuasai 10 persen kelompok minoritas," katanya.(*)
(T.S024/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011