Data Perkembangan Kempemilikan ORI001 hingga ORI007 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang diperoleh di Jakarta, Minggu, menyebutkan, porsi kepemilikan ORI oleh bank per 18 Juli 2011 mencapai 8,45 persen.
Untuk perusahaan asuransi 2,72 persen, dana pensiun 2,28 persen, reksadana 19,54 persen, sekuritas 0,01 persen, lainnya 1,96 persen, non residen (asing) 21,65 persen, dan Bank Indonesia nol persen.
Porsi kepemilikan ORI oleh individu per Desember 2008 mencapai 50,52 persen, per Desember 2009 mencapai 48,27 persen, per Desember 2010 sebesar 46,06 persen, dan per Maret 2011 mencapai 45,01 persen.
Sedangkan porsi kepemilikan ORI oleh bank per Desember 2008 mencapai 7,53 persen, per Desember 2009 mencapai 10,41 persen, per Desember 2010 mencapai 14,82 persen, per Maret 2011 mencapai 12,09 persen.
Porsi kepemilikan ORI oleh perusahaan asuransi per Desember 2008 sebesar 2,56 persen, per Desember 2009 sebesar 2,72 persen, per Desember 2010 sebesar 2,70 persen, per Maret 2011 sebesar 2,73 persen.
Sementara, untuk porsi kepemilikan oleh Dana Pensiun per Desember 2008 mencapai 2,05 persen, per Desembet 2009 mencapai 2,14 persen, per Desember 2010 mencapai 1,95 persen, dan per Maret 2011 mencapai 1,92 persen.
Untuk porsi kepemilikan ORI oleh Reksadana per Desember 2008 mencapai 26,66 persen, per Desember 2009 sebesar 26,77 persen, per Desember 2010 sebesar 22,77 persen, dan per Maret 2011 sebesar 22,73 persen. Porsi kepemilikan oleh Sekuritas per Desember 2008 sebesar 0,05 persen, per Desember 2009 sebesar 0,01 persen, per Desember 2010 sebesar 0,02 persen, dan per Maret 2011 sebesar 0,02 persen.
Sedangkan porsi kepemilikan oleh pihak lainnya per Desember 2008 mencapai 5,38 persen, per Desember 2009 mencapai 5,11 persen, per Desember 2010 mencapai 2,25 persen, dan per Maret 2011 mencapai 2,01 persen.
Porsi kepemilikan oleh BI per Desember 2008 mencapai 1,54 persen, namun per Desember 2009 hingga per 18 Juli 2011 kepemilikan BI sebesar nol persen.
Untuk porsi kepemilikan yang menunjukkan peningkatan adalah oleh non residen. Per Desember 2008 porsi kepemilikan nonresiden mencapai 3,71 persen, per Desember 2009 sebesar 4,57 persen, per Desember 2010 sebesar 9,42 persen, per Maret 2011 sebesar 13,50 persen, per Mei 2011 sebesar 16,72 persen, per Juni 2011 sebesar 20,54 persen, dan per 18 Juli 2011 mencapai 21,65 persen.
Direktur Surat Berharga Negara (SBN) Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, Bimantara Widyajala mengungkapkan bahwa volume perdagangan obligasi ritel di pasar sekunder mencapai Rp300 miliar per hari yang menunjukkan makin likuidnya instrumen investasi tersebut.
"Ada progres baik di mana volume perdagangan per hari mencapai Rp300 miliar," kata Bimantara Widyajala.
Ia menyebutkan, jumlah tersebut memang masih jauh lebih kecil dibanding dengan volume perdagangan surat utang negara konvensional yang mencapai Rp8 triliun per hari.
Sejak penerbitan obligasi negara ritel seri 001 (ORI001) pada tahun 2006 hingga saat ini, jumlah surat utang ritel mencapai Rp72,5 triliun atau meningkat 23 kali lipat dibanding pada 2006.
"Dari jumlah tersebut sebagian sudah ada yang jatuh tempo seperti ORI001 sebesar Rp3,2 triliun," kata Bimantara.
Ia menyebutkan, harga ORI003 hingga 0RI007 saat ini cukup baik dengan harga premium seperti untuk ORI005 yang mencapai 110 persen.
Setelah menerbitkan ORI007 pada 2010, pemerintah akan kembali menerbitkan ORI yaitu ORI008 pada Oktober 2011. Pre marketing dilakukan 10 Juni hingga 30 September 2011.
Pemasukan proposal target penjualan agen penjual ORI008 pada 3-4 Oktober 2011, penetapan tingkat kupon oleh Menkeu pada 5 Oktober 2010, masa penawaran 7-21 Oktober 2011, penjatahan 24 Oktober 2011, pencatatan di Bursa Efek Indonesia 27 Oktober 2014. ORI008 memiliki tenor atau jangka waktu tiga tahun atau jatuh tempo 15 Oktober 2014.(*)
(T.A039/A035)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011
